JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sebanyak 14 siswa pengidap HIV/AIDS di bawah Yayasan Lentera Solo sudah bisa melanjutkan pendidikan. Sebelumnya, mereka ditolak oleh wali murid SDN Purwotomo sehingga terpaksa keluar dari sekolah tersebut.
KomisionerKomisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),Bidang Pendidikan, Retno Listiarti menyatakan, sudah melihat langsung kondisi anak-anak pengidap HIV/AIDS tersebut di Yayasan Lentera. Menurutnya, anak-anak tersebut dalam kondisi baik dan ceria.
Hal tersebut berbeda dengan anak-anak pengidap HIV/AIDS yang biasanya tertutup dan takut dengan orang asing.
Dia menegaskan, delapan dari 14 anak tersebut sudah bisa sekolah kembali. Tiga di antaranya masih dalam proses administrasi dan tiga sisanya belum bisa sekolah karena terkendala kondisi kesehatan.
"Mereka sudah terpenuhi hak atas pendidikannya, namun kami tidak bisa mengatakan dimana lokasi sekolah mereka," terang Retno kepada wartawan seusai rapat koordinasi dengan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo di Balai Kota Solo, Rabu (27/2/2019) malam.
Dalam rapat ini, turut hadir juga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A), juga Dinas Sosial.
Selain dinas terkait, rapat koordinasi tersebut juga dihadiri oleh Komisi Penanggulang AIDS Indonesia Surakarta (KPAIS), Yayasan Lentera dan K.ementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI.
"KPAI mengundang Kemdikbud dalam rapat koordinasi tersebut mengingat kasus anak-anak dengan HIV kerap kali kehilangan hak atas pendidikan di sekolah formal karena penolakan orangtua siswa lainnya," kata Retno.
Dikatakan Retno, hal tersebut penting di antisipasi dengan pembuatan regulasi sebagai payung hukum yang memberikan perlindungan khusus terhadap anak-anak dengan HIV.
"Mengingat kasus serupa kerap terjadi, dimana pada tahun 2011 terjadi penolakan seorang siswi di salah satu SMA swasta di DKI Jakarta, tahun 2012 terjadi di salah satu Taman Kanak-kanak (TK) di Gunung Kidul, Jogjakarta, dan tahun 2018 di Nainggolan, Samosir, Sumatera Utara," katanya.
Retno menegaskan, KPAI bakal terus memantauperkembangan anak-anak pengidap HIV/AIDS tersebut secara berkala. Saat ini, sudah ada petugas dari Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) dari Dinas Sosial yang memberikan pendampingan secara rutin kepada anak-anak tersebut. Retno melihat secara mental anak-anak tersebut kuat.
"Kami akan memantau agar anak-anak tersebut tidak mendapat bullying di sekolah.
Kalau anak-anak itudibully,upaya untuk memulihkan atau tekanan psikologis akibat pembullyan akan dilakukan oleh teman-teman Sakti Peksos di sini," imbuhnya.
Sementara itu, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, mengatakan, Pemkot telah berupaya agar anak-anak pengidap HIV/AIDS tersebut tetap bisa sekolah. Pemkot juga telag melaporkan secara rinci kepada KPAI mengenai kondisi anak-anak tersebut. "Biar mereka sendiri yang menilai apakah kami hanga sekadar membela diri atau sudah melakukan upaya maksimal," ujarnya. (Alf)