JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyatakan, terdapat perbedaan gaya berpolitik sebagai capres petahana antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Joko Widodo (Jokowi). Jokowi menarasioanb "momok" yang diciptakan sendiri, sedangkan SBY justru menebar payung rekonsiliatif.
Fahri menilai, strategi calon Presiden Joko Widodo sangat berbeda dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada saat maju kembali sebagai petahana.
Hal ini terlihat pada saat kampanye akbar perdana di wilayah Serang, Banten, Minggu (24/3). Tanpa basa-basi Jokowi langsung berbicara keluh kesahnya selama 4,5 tahun menjabat di depan para peserta. Mulai dari difitnah, dihina dampai direndahkan.
"Mempersempit dengan narasi tadi dengan momok-momok yang dia ciptakan sendiri mempersempit dengan standar presidensial dari dirinya itu, yang menurun. Dia menjadi terlalu partisan. Saya sering katakan, untuk menjadi orang yang terpilih kembali di Indonesia sangat tidak susah. Cukup anda tebar payung besar menjadi pemimpin yang rekonsiliatif terpilih dan terpilihnya dahsyat," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (25/3/2019).
SBY pada Pemilu 2009, kata Fahri, telah berhasil mempertahankan suaranya. Hal ini berbeda dengan Jokowi yang tak mampuh mempertahankan suaranya pada pemilu sebelumnya.
"Lihat Pak SBY kan terpilihnya tinggi sekali, rekonsiliatif saja. Keadaan mah relatif sama begitu yah, tetapi karena dia rekonsiliatif, jatahnya itu kalau tidak ada, kalau mampu mengurai atau menulurkan payung besar di kepemimpinannya, petahana itu terpilih. Tapi Pak Jokowi sayangnya menciptakan konflik dan mempersempit basis pemilihnya," kata dia.(plt)