JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - "Mimpilah setinggi langit tapi kalau kamu hanya bisa capai tinggi pohon kelapa, bersyukurlah."
Begitulah motto hidup dari Harry Azhar Azis, mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) periode 21 Oktober 2014 sampai dengan 21 April 2019. Dengan gaya hidup yang tetap semangat dan mensyukuri apa saja yang dilimpahkanTuhan, Harry menikmati gelombang kehidupan dengan ketabahan. Hasilnya, Harry mampu meraih berbagai prestasi selama menjalani karir baik di bidang pendidikan, politik, maupun birokrasi.
Sebelum menjadi Ketua BPK, Harry terkenal sebagai politisi Golkar yang cukup vokal di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Meski vokal, pernyataannya tidak asal bunyi seperti tong kosong berbunyi nyaring. Ucapan yang berkualitas saat mengomentari sebuah isu tersebut dilatarbelakangi oleh pendidikan yang kuat. Harry adalah alumni Universitas Oregon dan Oklahoma State University, keduanya di Amerika Serikat. Harry memiliki gelar doktor di bidang kebijakan publik. Pantaslah jika Harry dipilih sebagai Ketua BPK membawahi para auditor untuk memeriksa lalu lintas keuangan di lembaga pemerintahan.
Di bawah kepemimpinan Harry, BPK mampu menjalankan tugasnya secara independen, tidak ditarik sana-sini oleh kepentingan politik. Proses pembenahan yang dilakukan oleh Harry tidak hanya mendapatkan penghargaan dari tingkat nasional tetapi juga internasional. Kepercayaan internasional kepada BPK ditandai dengan penunjukkan sebagai eksternal auditor Badan Tenaga Atom Dunia atau dikenal sebagai International Atomic Energy Agency (IAEA). "Ini menjadi sebuah kebanggaan bahwa BPK untuk pertama kalinya dipercaya oleh dunia internasional menjadi badan pemeriksa lembaga internasional kata hari ada media 22 September 2015, seperti tercantum dalam Buku "Amanah Sampai Akhir", sebuah otobiografi yang ditulis Indra J Piliang dan kawan-kawan.
Jelas tidak mudah untuk membenahi lembaga negara seperti BPK yang memiliki 6.000 pegawai dan 4.000 diantaranya auditor. Kini BPK telah memiliki dua ratusan auditor bersertifikat internasional. Kemampuan Harry untuk menyulap BPK menjadi lembaga yang disegani di dunia internasional tidak lepas dari peran dia selama menjadi anggota DPR 2004-2014. Saat itu, Harry sejak awal terlibat dalam rancangan pembuatan Undang-undang BPK.
Harry sangat memahami seluk-beluk undang-undang BPK tersebut, yang terlihat dari caranya menjelaskan dalam bahasa sederhana ketika tampil dalam acara publik baik kepada wartawan maupun masyarakat. Harry menegaskan bahwa satu rupiah di APBN harus dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya. "Satu rupiah uang APBN harus mencapai syarat utama kemakmuran. Jika tidak memenuhi syarat tersebut dapat dinyatakan tidak lulus termasuk tidak mendapat opini WTP," kata Harry.
Keberhasilan Harry dalam memimpin BPK tidak lepas dari sepak terjang kehidupannya yang penuh dengan rintangan dan tantangan. Sejak kecil Harry memiliki cita-cita untuk mencapai pendidikan setinggi mungkin. Pria kelahiran 25 April 1956 di Tanjung Pinang ini menjalani kehidupan turun naik, bangun jatuh, dan jatuh bangun. Ia tidak akan menyerah ketika terjatuh dan berusaha bangkit dari keterpurukan.
Sewaktu kecil, Harry pernah menjadi penjaja kue dan pemungut bola tenis. Waktu itu, para pejabat bermain tenis lapangan. Seringkali, bolanya terlempar jauh ke luar lapangan. Harry kecil memungut bola itu untuk dikembalikan ke tengah arena permainan. Atas usahanya itu, ia mendapat tips dari para pemain tenis. Melihat betapa enaknya jadi pejabat, sejak itu, Harry berniat menjadi pegawai yang sukses.
Semangat belajarnya terpompa. Saat menempuh pendidikan di SD (1963-1969), Harry lulus dengan nilai sangat memuaskan. Ia kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Tanjung Pinang. Ini adalah sekolah favorit. Banyak anak orang kaya di sana. Harry sendiri berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya, saat itu sudah pensiun dari pegawai negeri. Penghasilannya pas-pasan.
Karena terdesak ekonomi, ayah memutuskan mencari penghidupan baru ke Jakarta.
Saat itu, Harry baru satu tahun di SMPN 2 Tanjung Pinang, ayahnya memutuskan pindah ke Ibukota. Harry pun mengikuti keluarganya pindah ke Jakarta naik kapal Tampomas II. Di Jakarta, Harry melanjutkan ke SMPN 74 di Rawamangun. Harry lulus dengan nilai bagus. Ia kemudian melanjutkan ke salah satu sekolah favorit, yakni SMA 4 Jakarta.Tapi bagi Harry, masa SMA justru menjadi kisah suram dalam kehidupannya.
Bangun Jatuh, Jatuh Bangun
Selama di SMA, nilai rapor Harry ternyata pas-pasan. Ia merasa terpukul, karena biasa mendapatkan prestasi tinggi di SD dan SMP. Kondisi tersebut menyadarkan Harry untuk segera bangkit. Ia menyadari dengan nilai kurang baik, sulit memasuki perguruan tinggi favorit. Tapi ia tidak patah semangat. Maka, Harry kemudian mendaftar di Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Departemen Perindustrian. Dari kampus inilah, Harry terpacu semangatnya untuk meraih pendidikan setinggi mungkin. Terbukti kemudian ia berhasil menyelesaikan kuliah APP dengan baik. Setelah itu, ia melanjutkan ke Sekolah Tinggi Manajemen Industri (STMI) dan lulus Oktober 1985.
Selain kuliah, Harry juga aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), bahkan melejit menjadi Ketua Umum PB HMI periode 1983-1986. Usai jadi Ketua HMI, dia mendapat tawaran jadi anggota DPR, tapi Harry merasa menuntut ilmu lebih penting. Akhirnya ia mendapat bea siswa dan terbang ke Universitas Oregon di Amerika. Meski sempat tertatih-tatih selama kuliah, Harry meraih gelar Master of Art di sana. Tak cukup hanya Master, Harry melanjutkan ke Oklahoma State University dan meraih gelar Doktor.
Terbukti dengan bekal yang kuat di bidang keilmuan, Harry mampu menjalankan berbagai tugas mulia seperti sebagai peneliti, dosen, bahkan dia terpilih menjadi anggota DPR dari Partai Golkar. Ia menjabat
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI yang membidangi urusan Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional, Perbankan, Lembaga Keuangan Bukan Bank 2009-2014. Sebuah jabatan yang cocok dengan latar belakang pendidikannya. Berkat kepiawaiannya di DPR membawahi bidang ekonomi, Harry kemudian menjadi Ketua BPK yang terbukti menuai prestasi membanggakan.
Profil Harry Azhar Azis
Lahir: Tanjung Pinang, 25 April 1956
Pendidikan
B.Sc. dan MS.c dari APP & STMI, Jakarta (1985)
S2 (MA) dari University of Oregon, Oregon, Amerika Serikat (1990)
S3 (PhD) dari Oklahoma State University, Oklahoma, Amerika Serikat (2000)
Karir
Tim Ahli Bidang Ekonomi PAH II BP MPR RI (2001-2002)
Anggota Komisi Konstitusi MPR RI (2003-2004)
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI (2009-2014)
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) (2014-2019)
Penghargaan
Scholarship Award for ASEAN Youth, kerjasama Pemerintah Jepang dan Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga RI, 1987 dan 1993
Program Award for Young Leaders, USIA, Jakarta-Washington DC, 1986
Mahasiswa Teladan APP Departemen Perindustrian RI, 1976
Keluarga:
Istri: Dr. Amanah Abdulkadir, MA
Anak: Mina Azhar, Hanifah Azhar, Ibrahim Azhar