Opini
Oleh M Hatta Taliwang pada hari Selasa, 28 Jul 2015 - 06:43:20 WIB
Bagikan Berita ini :

Jurus Mabuk Ki Dalang Dibalik Layar Jokowi

94hatta taliwang_01.jpg
M Hatta Taliwang (Sumber foto : Eko S Hilman/TeropongSenayan)

Menuduh tanpa bukti dilarang. Tapi mencurigai atau menduga berdasarkan indikator tentu boleh dong. Toh ini negara paling demokratis kok. Jadi bebas saja menyampaikan pendapat maupun analisis.

Begini tesisnya. Sadar bahwa Jokowi naik tahta hasil rekayasa tanpa basis politik yang kuat, hanya mengandalkan massa yang terhipnotis oleh rekayasa maka sang dalang atau para dalang atau konsorsium dalang Jokowi melakukan politik kuno.

Inilah politik ala penjajahan Belanda atau ala penguasa penguasa asing yang bercokol tiga setengah abad diatas bumi Nusantara ini. Politik adu domba atau devide at impera guna mempertahankan kekuasaan.

Hanya tentu saja sedikit dipercanggih. Sehingga bagi orang awam politik kurang dapat membaca. Rumusnya sederhana saja yaitu 'KALAU KAMU LEMAH DAN SADAR BAHWA KAMU DIKEPUNG BINATANG BUAS MAKA BERTEMANLAH DENGAN SALAH SATU DARI BINATANG BUAS ITU SEMBARI ADU DOMBALAH BINATANG BUAS LAINNYA'.

Kira-kira demikianlah yang dapat kita baca power play yang dimainkan dalam beberapa bulan Jokowi berkuasa.

Apakah saya sedang melamun atau ngelantur? Silahkan cek peristiwa atau rangkaian peristiwa yang terjadi pasca Jokowi dilantik.

Mula mula orang-orang yang tidak terlalu disukai Megawati dipilih masuk dalam kabinet atau menjadi lingkaran (ring) satu Presiden Jokowi. Bukti, Partai Nasdem dapat porsi kekuasaan lebih besar dari PDIP.

Tak hanya itu. Buktinya, kader yang tidak terlalu direkomendasi pimpinan partainya malah masuk kabinet. Situasi demikian membuat lingkaran KIH tidak nyaman.

Masih adalagi. Potensi yang akan mengganggu kekuasaan dari KMP diacak acak. PPP dipecah. Golkar dilumpuhkan. Partai lain yang jinak-jinak merpati diberi angin surga dalam kabinet. DPR dijadikan lembaga banci.

Belum puas dengan itu lembaga yang potensial membuka borok kekuasaan yaitu KPK dilumpuhkan. Sembari terus membuat sakit hati Ibu Megawati dengan menarik Rini Soemarno, wanita yang selama ini dikenal sangat dekat Mega namun "dibuat" berkhianat ke Mega.

JK yang potensial mengganggu kekuasaan Jokowi dibuat tak berdaya dengan "dicarikan sparring lawan" yang pas yaitu Luhut Panjaitan.

Untuk mengamankan kekuasaan, Jokowi memilih melakukan pendekatan khusus ke TNI terutama AD dan Polisi.

Maaf untuk semua power play tak etis saya buka seluruh detailnya.

Itu antara lain adu domba dan politik rangkul ditingkat elit. Bagaimana dengan masyarakat ? Cara termudah adalah mengadu domba dengan issu SARA. Karena ini sensitif maka tak perlu kita rinci.

Sebenarnya dalam politik sah-sah saja melakukan permainan demi mengamankan dan mempertahankan kekuasaan. Sama seperti permainan catur terkadang kita terpaksa melakukan gerakan mengorbankan kuda atau gajah atau benteng untuk sebuah atau dua buah pion demi MENGAMANKAN POSISI raja dan untuk mencapai kemenangan.

Apakah semua permainan atas ide Jokowi ? Belum tentu. Jokowi cuma diberitahu garis besar apa yang harus dilakukan. Jokowi cuma wayang.

Pertanyaannya apakah semua permainan yang dilakukan itu telah bermanfaat utuk rakyat? Apakah permainan itu membuat Pemerintahan jadi solid atau malah kacau balau?

Buat rakyat tak penting segala detail permainan itu. Sebab yang penting negara aman tidak bangkrut atau terpecah belah. Negara dihormati bangsa lain, rakyat cukup sandang pangan dengan harga yang terjangkau, hidup rukun dan tentram, pelayanan publik menyenangkan, keadilan hadir dalam batin rakyat dll.

Apakah mimpi tentang negara dan rakyat tersebut dalam kekuasaan Jokowi makin mendekat dan nyata? Secara obyektif dan subyektif kok rasanya makin menjauh?

Makin terasa negara makin lemah dan tidak hadir dalam berbagai derita dan musibah rakyat. Keamanan dan kenyamanan makin merisaukan. Ekonomi untuk rakyat makin memberatkan. Kelas menengah makin galau.

Maka pertanyaan untuk para dalang Jokowi, mau dibawa kemana bangsa dan negara ini? Permainan apalagi yang mau diputar? Jangan jangan dalang kehabisan ide dan aktor karena pemain cabutan tak mampu berimprovisasi membangun harmoni sehingga cerita tidak jalan sesuai skenario?

Sang dalang menjadi bengong ?

Salam, Mohon Maaf Lahir Batin...(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #dalang  #jokowi  #hatta  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Catatan untuk Partai PKB dan Pilgub DKI Jakarta

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Sabtu, 18 Mei 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Jumhur Hidayat baru saja menelpon saya terkait kunjungan sekertaris PKB DKI dan rombongan kemarin, yang datang ke kantornya, Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia ...
Opini

Prabowo Subianto dan Diktatorship Kerakyatan

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Spontan rakyat Indonesia kaget dengan pernyataan politik terbaru Prabowo Subianto: "Bersama Saya atau Diam Menonton!". Hal itu dinyatakan Prabowo kemarin pada ...