Opini
Oleh Asyari Usman (Wartawan senior BBC) pada hari Minggu, 22 Sep 2019 - 12:55:39 WIB
Bagikan Berita ini :

Berbanggalah Kalian Para Taliban di KPK

tscom_news_photo_1569131739.jpg
Penyidik dan Pegawai KPK (Sumber foto : Ist)

Sangat terhormat julukan itu. Taliban di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Orang-orang yang memberikan julukan itu yang tidak paham makna kata itu dan tak tahu latar-belakang sejarah mereka.

Taliban adalah pelajar. Tak salah juga disebut ‘santri’. Bisa juga diartikan mahasiswa. Di Afgahanistan, Taliban ikut berperang menghadapi superpower Uni Soviet. Taliban mengambil alih kekuasaan dari tangan boneka Moskow. Mereka menguasai Afghanistan dari 1996-2001.

Taliban berani mati melawan pendudukan yang menginjak-injak harga diri orang Afghanistan. Mereka tak gentar menghadapi serbuan NATO menyusul insiden 11 Septermber 2001 (911) di New York City.

Pasukan Taliban tidak memiliki senjata canggih seperti persenjataan angkatan bersenjata NATO. Tetapi, mereka tak bisa dikalahkan oleh bomber B-52, Stealth, maupun rombongan helicopter Apache yang dikerahkan oleh Presiden George W Bush.

Taliban di Afghanistan membuat Amerika jengkel. Bom karpet (carpet bombing) mereka tak banyak mengurangi personel Taliban. Sedikit pun tak mengerdilkan nyali dan semangat tempur mereka. Sampai akhirnya Amerika lelah sendiri.

Itulah Taliban di Afghanistan. Amerika dan para sekutunya hanya bisa melancarkam kampanya hitam tentang Taliban. Mereka mengatakan Taliban adalah pejuang yang kejam dan sadis. Padahal, ketika mereka menangkap seorang koresponden wanita dari harian Sunday Express, Yvonne Ridley, seluruh dunia terkejut mendengar bahwa wartawan Inggris itu diperlakukan sangat baik dan sopan. Bu Ridley sendiri tak lama kemudian mengucapkan syahadat. Dia menjadi seorang muslimah yang aktif berdakwah di Inggris.

Di KPK, para penyelidik dan penyidik korupsi yang berani mati digambarkan seperti Taliban. Militansi kelas tinggi. Mereka tak lagi memikirkan kenyamanan duniawi. Kalau mereka mau, para Taliban KPK bisa mencari duit besar dalam berbagai kasus korupsi ukuran superjumbo.

Para koruptor dan calon koruptor merasa resah. Begitu juga para sponsor dan pelindung mereka, ikut pula gelisah. Para politisi di DPR, para ketua parpol, serta para pejabat eksekutif menjadi ‘tak fokus bekerja’. Takut ditangkap OTT KPK. Singkatnya, para penyidik militan di KPK membuat mereka tak bisa tenang. Mereka Tidak bisa mendikte jalannya perkara korupsi.

Jadwal korupsi mereka menjadi tersendat-sendat akibat dikejar bayangan Taliban KPK. Sumber biaya orpol terancam. Peluang memperkaya diri menjadi sempit. Semua ini gara-gara Taliban KPK.

Akhirnya, semua orang di DPR menyepakati revisi UU tentang KKP nomor 30 Tahun 2002. Wewenang KPK dipangkas habis. KPK akan didikte oleh Dewan Pengawas (DP) bentukan DPR. Bakal tak ada lagi operasi penyadapan telefon. Harus meminta izin DP. Karena itu, OTT akan menjadai barang langka.

Kongkalikong orang DP dengan para koruptor bisa menggagalkan kejaran KPK terhadap para pencolong kekayaan negara. Revisi UU KPK akan memberikan peluang kepada para koruptor agar kasus mereka dihentikan. KPK bisa menerbitkan SP3 (penghentian perkara).

Para penyidik KPK dari generasi muda yang selama ini ditakuti oleh para koruptor, setelah revisi akan menjadi tak berdaya. Inilah target pemerintah bersama DPR.

Tidak sampai di situ. Pimpinan baru KPK periode 2019-2023 pastilah akan melenyapkan para penyidik militan yang mereka sebut Taliban itu.

Revisi UU tentang KPK dan pemilihan orang-orang tak berintegritas menjadi pimpinan lembaga antikorupsi itu, tak keliru kalau disebut sebagai upaya DPR dan pemerintah untuk melindungi para koruptor. Inilah langkah mereka untuk menghancurkan KPK.

Para Taliban di KPK, pada dasarnya, tidak bisa berbuat apa-apa dalam menghadapi tindakan pembonsaian yang sedang dilakukan terhadap mereka. Revisi UU itu harus menang. Pastilah upaya untuk melindungi para koruptor itu akan berjaya. Presiden Jokowi mendukung penuh revisi ini.

Tak lama lagi, Anda bisa menyaksikan pesta pora para koruptor dan dalang-dalang politik mereka. Mereka akan merayakan penyingkiran para Taliban dari KPK.

Begitulah Indonesia. Negara ini, suka tak suka, telah dikuasai oleh para koruptor. Dan hari ini, kekuasaan mereka semakin menancap dalam. Rakyat hanya bisa menonton.

Tapi, setidaknya Anda bisa berbangga bahwa di negeri ini pernah berkiprah para penyelidik dan penyidik militan di KPK. Anda bisa mengenang masa-masa jaya KPK yang independen dan kuat.

Anda pantas mengepalkan tinju dan berteriak keras kepada para penyidik militan itu: “Berbanggalah kalian para Taliban di KPK. Kalian buat para koruptor terbirit-birit." (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #kpk  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...