Oleh pamudji pada hari Sabtu, 26 Okt 2019 - 09:29:13 WIB
Bagikan Berita ini :

Penerapan B30 Tak Mampu Tekan Impor BBM

tscom_news_photo_1572056953.jpg
Ketua Dewan Pembina Gapasdap Bambang Haryo Soekartono (Sumber foto : ist)

SEMARANG (TEROPONGSENAYAN)--Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) menilai penerapan biosolar B30 oleh pemerintah, tidak secara signifikan mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).

"Kami menilai "mandatory" biosolar B30 dengan tujuan mengurangi impor solar kurang efektif sebab dampaknya relatif kecil terhadap total impor migas," kata Ketua Dewan Pembina Gapasdap Bambang Haryo Soekartono melalui keterangan pers Sabtu (26/10/2019).

Selain kurang signifikan, Gapasdap juga menyebut hal itu justru bisa membahayakan keselamatan transportasi.

Ia mengungkapkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas Indonesia pada 2018 mencapai 50,4 juta ton, sedangkan impor solar sekitar 4,6 juta ton per tahun, artinya kontribusi impor solar hanya 9 persen terhadap impor migas.

Impor migas senilai 29,81 miliar dolar Amerika berkontribusi 18 persen dari total impor nonmigas yang tercatat 158 miliar dolar Amerika.

Dilihat dari porsi impor solar terhadap total impor nonmigas akan lebih kecil lagi yakni hanya 1,6 persen.

Menurut dia, angka impor itu tidak signifikan dibandingkan dengan potensi kerusakan mesin alat transportasi akibat menggunakan B30, terutama pada truk dan kapal laut.

"Ruang bakar atau mesin kapal akan kotor sehingga muncul viskositas, nosel, dan saringan injektor menjadi rusak, lalu akan muncul sifat detergen yang bisa mengakibatkan mesin kapal mogok. Kondisi ini juga bisa terjadi pada truk yang menggunakan B30," ujarnya.

Apabila kapal dan truk menjadi mogok, lanjut dia, dampak terhadap ekonomi akan sangat besar sebab transportasi barang dan penumpang merupakan urat nadi perekonomian nasional, bahkan kondisi ini mengancam keselamatan transportasi.

"Kapal yang mogok di tengah laut akibat mesin mati bisa mengalami stabilitas negatif dan tenggelam. Kejadian ini pernah dialami KMP Senopati Nusantara pada akhir 2006 dan kita tidak ingin terulang," katanya.

Pria yang pernah menjadi anggota DPR RI itu juga merujuk negara-negara lain yang menerapkan biosolar masih di bawah B10, seperti Argentina dan China maksimal B7, bahkan Malaysia, Australia, dan Kanada hanya menerapkan B5.

Bambang meminta pemerintah tidak mengorbankan sektor transportasi untuk mengakomodasi kepentingan perusahaan kelapa sawit yang kehilangan pasar di Eropa. (plt/ant)

tag: #bbm  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Lainnya
Berita

MK Jamin Tak Ada Deadlock saat Pengambilan Keputusan Sengketa Pilpres

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi (MK) menjamin tidak akan ada deadlock dalam pengambilan putusan sengketa Pilpres 2024. Saat ini, Hakim Konstitusi masih melaksanakan rapat ...
Berita

Pemprov DKI Jakarta Apresiasi Bank DKI Penyumbang Dividen Terbesar

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pemprov DKI Jakarta melalui Kepala Badan BP BUMD Provinsi DKI Jakarta, Nasruddin Djoko Surjono menyampaikan apresiasi atas kontribusi Bank DKI sebagai Badan Usaha Milik ...