JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Politikus senior PDIP Andreas Pareira menilai curhat Ketua Umum Partai Demokrat Surya Paloh tentang adanya pihak yang mencurigai makna dibalik rangkulan eratnya terhadap Presiden PKSSohibul Imandan mengaitkannya dengan nilai-nilai Pancasila, terlalu emosional.
Hal ini berawal dari sindiran Jokowi soal kemesraan pelukan antara Pak SP ketum Nasdem dan SI, Ketum PKS yang mungkin lebih pada ekspresi kedekatan perkawanan antar elit yang kemudian ditafsirkan berbagai pihak dengan berbagai interpretasi, terutama mengarah ke 2024.
"Reaksi SP terhadap sindiran presiden pun menurut saya terlalu emosional, membawa diskursus seolah persoalan pelukan ini masuk dalam wilayah ideologis partai-partai pendukung Jokowi-Ma’ruf," kata Andreas dalam pesan singkatnya, Sabtu (9/11/2019).
Faktanya, kata dia, yang mengomentari rangkulan SP dan SI adalah Jokowi yang dalam kapasitasnya sebagai presiden tentunya berharap banyak, setelah pembentukan kabinet, meskipun tentu tidak memenuhi harapana semua partai pendukung, tetapi pemerintahan tetap solid.
"Sehingga, meskipun hubungan antar elit partai dinamis tetapi soliditas koalisi tetap terjaga," ucapnya.
Kedua, lanjut Andreas, tidak satu partai pun yang mengatakan rangkulan tersebut bermakna ideologis. Karena semua juga tahu dinamika antar elit partai saat ini lebih bersifat politik pertemanan.
"Membangun pertemanan sebagai basis kesepahaman kerjasama politik. Sehingga menurut saya, tuduhan SP soal partai Pancasilais pun menjadi terlalu emosional dan sama sekali tidak bermakna ideologis," tegasnya. (Alf)