JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Fenomena Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah menarik perhatian khalayak luas. KemunculanKeraton Agung Sejagatini mulai dikenal publik, setelah mereka mengadakan acara Wilujengan dan Kirab Budaya, yang dilaksanakan dari Jumat (10/1) hingga Minggu (12/1).
Keraton Agung Sejagat dipimpin oleh seseorang dipanggil Sinuwun yang bernama asli Totok Santosa Hadiningrat dan istrinya yang dipanggil Kanjeng Ratu yang memiliki nama asli Dyah Gitarja.
Penasihat Keraton Agung Sejagat, Resi Joyodiningrat menegaskan bahwa Keraton Agung Sejagat bukan aliran sesat seperti yang dikhawatirkan masyarakat.
Ia mengatakan, keberadaan Keraton Agung Sejagat merupakan kerajaan atau kekaisaran dunia yang muncul karena telah berakhir perjanjian 500 tahun yang lalu, terhitung sejak hilangnya Kemaharajaan Nusantara, yaitu imperium Majapahit pada 1518 sampai dengan 2018.
Perjanjian 500 tahun tersebut dilakukan oleh Dyah Ranawijaya sebagai penguasa imperium Majapahit dengan Portugis sebagai wakil orang barat atau bekas koloni Kekaisaran Romawi di Malaka tahun 1518.
Dengan berakhirnya perjanjian tersebut, kata Joyodiningrat, maka berakhir pula dominasi kekuasaan barat mengontrol dunia yang didominasi Amerika Serikat setelah Perang Dunia II.
Kekuasaan tertinggi harus dikembalikan ke pemiliknya, yaituKeraton Agung Sejagatsebagai penerus Medang Majapahit yang merupakan Dinasti Sanjaya dan Syailendra.
Kini keberadaan Keraton Agung Sejagat (KAS) di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, ramai dikunjungi masyarakat dari daerah Purworejo dan sekitarnya.
Rudiyanto warga Kutoarjo, Purworejo mengatakan dirinya penasaran dengan kabar di media sosial dan ingin datang ke lokasi ini.
"Kami sangat penasaran dan kami ingin melihat langsung keraton ini," kata Rudiyanto dilokasi Keraron Agung Sejagat, Selasa (14/1/2020).
Ia mengatakan di lokasi KAS dirinya menyaksikan prasasti, pendopo yang belum jadi, dan Sendang Kamulyan.
Punggawa KAS bagian penerima tamu, Puji Widodo mengatakan berdasarkan daftar pada buku tamu tercatat ada 300-an pengunjung yang datang. "Sebenarnya kalau semua pengunjung mengisi buku tamu mungkin sudah 500-an orang yang datang," kata Rudiyanto.
Ia menuturkan pengunjung mulai ramai pada Senin (13/1/2020) dan hari Selasa (14/1/2020) ini semakin ramai.
Keberadaan keraton tersebut, ditandai dengan bangunan semacam pendopo yang belum selesai pembangunannya. Di sebelah utara pendopo, ada sebuah sendang (kolam) yang keberadaannya sangat disakralkan.
Pada lokasi tersebut, juga ada sebuah batu prasasti bertuliskan huruf Jawa, di mana pada bagian kiri prasasti ada tanda dua telapak kaki. Prasasti ini disebut dengan Prasasti I Bumi Mataram. (Dbs)