Oleh Tommy P pada hari Selasa, 04 Feb 2020 - 10:32:17 WIB
Bagikan Berita ini :

2020, Kinerja Industri Sawit Masih Prospektif

tscom_news_photo_1580787137.jpg
(Sumber foto : istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Industri sawit Tanah Air memperlihatkan kinerja positif sekaligus memunculkan rasa optimistis dalam menatap tahun 2020.

Ada beberapa yang fakta yang memperlihatkan hal tersebut, seperti produksi minyak sawit Indonesia di tahun 2019 naik mencapai 51,8 juta ton atau sekitar 10 persen lebih tinggi dari produksi tahun 2018. Total 51,8 juta ton itu terdiri dari 47,1 juta ton berupa crude palm oil (CPO) dan 4,7 juta ton berupa palm kernel oil (PKO).

“Tahun 2018 produksi CPO Indonesia hanya 43 juta ton dan PKO 4,6 juta ton,” kata Ketua Umum Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Joko Supriyono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/2).

Selain itu, volume ekspor produk sawit tahun 2019 sebesar 35,7 juta ton naik 4 persen dari ekspor 2018.

Nilai ekspor produk minyak sawit termasuk oleokimia dan biodiesel 2019 diperkirakan mencapai US$Nilai ekspor ini sekitar 17 persen lebih rendah dari ekspor produk minyak sawit tahun 2018 yang nilainya sebesar US$23 miliar.

Destinasi utama ekspor produk minyak sawit tahun 2019 selain oleokimia dan biodiesel Indonesia adalah Tiongkok (6 juta ton), India (4,8 juta ton), dan Uni Eropa (4,6 juta ton).

Khusus untuk produk oleokimia dan biodiesel, ekspor terbesar adalah ke Tiongkok (825 ribu ton) diikuti oleh Uni Eropa (513 ribu ton).

Ekspor minyak sawit ke Afrika yang naik 11 persen pada 2019 dari 2,6 juta ton pada 2018 menjadi 2,9 juta ton dan menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun memberikan sinyal positif bagi untuk pasar produk minyak sawit Indonesia.

Tahun 2019 yang penuh tantangan ditutup dengan harga yang melonjak diatas US$800/ton CIF Rotterdam dan penyamaan tarif impor minyak sawit Indonesia di India.

“Situasi finansial yang baik ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pekebun terutama untuk membiayai pemulihan tanaman dan infrastruktur yang mungkin pemeliharaannya tertinggal ketika harga rendah,” ujar Joko.

Sementara itu, walau ada kecemasan importir terkait pelaksanaan implementasi B30 akan berdampak pada turunnya ketersediaan minyak sawit Indonesia untuk ekspor, ada fakta yang menggembirakan dari penerapan kebijakan pemerintah ini.

Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengungkapkan bawha produksi biodiesel tahun lalu terpakai mencapai 6,7 juta kiloliter (kl) sehingga menghemat devisa untuk impor solar sebesar US$3,8 miliar.

“Di tahun 2020, dalam implentasi B30 ada beberapa tantangan yang dihadapi yakni peningkatan kualitas dan ketersediaan transportasi.”

“Pasalnya, ada peningkatan volume yang melonjak sampai 50 persen serta sulitnya mencari transportasi yang sesuai dan tersertifikasi untuk bahan bakar,”

Selain itu, perlu adanya penambahan tangki timbun atau storage dan peningkatan kapasitas pelabuhan dan kami berharap ke depan makin baik dan lancar.”

“Di tahun 2020, diperkirakan biodiesel yang terpakai untuk konsumsi dalam negeri mencapai 9,6 juta kl dan itu diperkirakan akan menghemat devisa US$5,4 miliar,” ucap Paulus.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement