JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Dalam soal menghadapi COVID-19, lain negara lain kebijakannya. Ketika sejumlah negara, termasuk Indonesia, meliburkan semua sekolah dari segajal jenjang pendidikan, di Singapura justru berkebalikan.
Pemerintah Singapura justru mengharuskan sekolah tetap dibuka dan siswa tetap masuk sekolah. Belajar dari rumah hanya berlaku sekali seminggu.
Dalam situs channelnewsasia.com (27/3/2020), Perdana Menteri Singaprua Lee Hsien Long juga punya pendapat lain. “Anak-anak mungkin "lebih berisiko" tertular COVID-19 jika sekolah ditutup dan orang tua tidak ada di rumah untuk merawat anak-anak mereka,” katanya kepada di gedung PM.
Menurutnya, sekolah merupakan lingkungan yang terkendali. Guru dan petugas sekolah menjaga dengan intensif dan ketat. Tidak ada satu pun murid yang diperkenankan keluar pada jam sekolah.
“Ini juga merupakan tempat di mana Anda bersosialisasi, di mana Anda bergaul, di mana para guru membimbing Anda, di mana Anda mendapatkan kelas pengayaan, dan itulah cara kami meningkatkan level anak-anak kami dan memastikan bahwa orang-orang dari keluarga yang kurang beruntung dirawat dengan baik. dari dan memiliki kesempatan untuk naik level, "tambah Lee.
Sementara itu, lanjut Long, banyak orang tua di negeri jiran bekerja. Sehingga, bila diliburkan, tidak ada yang mengawasi selama anak-anak berada di rumah.
"Jika kamu tidak membuatnya terbuka (berada di rumah), itu tidak berarti bahwa masalah kamu telah selesai. Kemana anak-anak pergi?" sambung Lee Hsien Long. Anak-anak mungkin bisa berkeliaran ke luar rumah ke toko-toko dan menonton video di luar rumah.
Untuk anak-anak, ini bukan hanya tentang pergi ke sekolah, tetapi juga menghadiri kelas dan pulang ke rumah setelah sekolah usai.
Alasan Lee Hsien Long ada benarnya. Dengan meliburkan anak-anak, berarti tanggung jawab pencegahan COVID ada pada orang tua. Masalahnya, sebagian besar orang tua bekerja, sehingga anak dengan leluasa bermain tanpa pengawasan orang tua. Anak-anak bisa bergaul dan bepergian kemana saja tanpa tahu kalau tertular virus Corona.
Di Indonesia tak semua sekolah menerapkan disiplin yang ketat terhadap siswa-siswanya selama mengikuti pelajaran.