JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Di Hong Kong telah ditemukan dua kasus COVID-19 yang menginfeksi anjing dan kucing. Bahkan kasus penularan COVID juga dijumpai pada kucing di Belgia. Tak mau kecolongan lagi seperti kasus COVID, Pemerintah Cina di Kota Shenzhen, meminta warganya untuk tidak makan daging anjing dan kucing.
Seperti dilansir situs channelnewsasia.com (2/4/2020), pihak berwenang di Cina selatan mengatakan larangan makan anjing dan kucing akan mulai berlaku pada 1 Mei.
"Anjing dan kucing sebagai hewan peliharaan telah menjalin hubungan yang jauh lebih dekat dengan manusia daripada semua hewan lain, dan melarang konsumsi anjing dan kucing serta hewan peliharaan lainnya adalah praktik umum di negara-negara maju dan di Hong Kong dan Taiwan," bunyi pernyataan dari pemerintah kota itu.
Sebelumnya pemerintah Cina cuma melarang mengonsumsi binatang liar, seperti ular, kalelawar, musang, treggiling, dan sebagainya. Namun pemerintah Shenzen memberikan penekanan juga sebagai binatang yang tak boleh dikonsumsi.
Mengomentari soal itu, Liu Jianping, seorang pejabat Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Shenzhen, mengatakan bahwa unggas, ternak, dan makanan laut yang tersedia untuk tersedia untuk dikonsumsi manusia.
"Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa satwa liar lebih bergizi daripada unggas dan ternak," ujar Liu.
Larangan itu dikeluarkan karena setelah tidak ditemukan kasus baru domestik dari penularan COVID-19 - kecuali kasus impor - pemerintah kini menemukan kasus baru infeksi COVID-19. Diduga ini ada kaitannya dengan konsumsi hewan.
Sementara itu, Teresa Telecky, wakil presiden departemen satwa liar pada Human Society International, menyambut baik kebijakan pemerintah kota Shenzhen..
"Langkah berani Shenzhen untuk menghentikan perdagangan dan konsumsi satwa liar ini adalah model yang ditiru oleh banyaka pemerintah di seluruh dunia."