JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Demonstrasi dan dibarengi penjarahan terus merebak dimana-mana di Amerika Serikat (AS). Tidak hanya di Minneapolis, tetapi sudah meluas ke sejumlah kota besar, termasuk New York dan Washington. Dua hari terakhir, depan Gedung Putih sudah dipenuhi gelombang unjukrasa.
Tak cuma itu, demonstrasi juga terjadi di Selandia Baru dan Inggris.
Trump pun mengundang pejabat-pejabat yang berkaitan dengan penegakan hukum Senin ini. Namun belum diketahui hasil pertemuan tersebut. Jaksa Agung William Barr ikut diundang hadir di gedung Oval.
Menghadapi kerusuhan dan aksi massa, Donald Trump dianggap tidak menggunakan kata-kata yang menenangkan massa. Tapi juga mengeluarkan tweetan yang justru membuat massa membara, seperti dikatakan reuters.com (1/6/2020).
ia telah mengeluarkan banyak tweet, menggambarkan pemrotes sebagai "penjahat" dan mendesak walikota dan gubernur untuk "menjadi tegar." Dia juga mengancam akan menggunakan militer AS, tetapi penasihat keamanan nasionalnya pada hari Minggu mengatakan pemerintah belum akan meminta kontrol federal atas Pengawal Nasional.
Para kritikus menuduh Trump, yang sedang mencari pemilihan ulang, lebih lanjut memicu konflik dan ketegangan rasial daripada berusaha menyatukan bangsa dan mengatasi masalah-masalah mendasar.
Demonstrasi terjadi dari Washington, D.C. ke Los Angeles membengkak akibat protes damai - dipicu oleh kematian seorang pria kulit hitam, George Floyd, dalam tahanan polisi Minneapolis Senin lalu – menjadi adegan kekerasan yang memaksa Garda Nasional diterjunkan di setidaknya 15 negara bagian.
Lusinan kota di seluruh Amerika Serikat menghadapi jam malam pada tingkat yang tidak terlihat sejak kerusuhan menyusul pembunuhan aktivis hak-hak sipil Martin Luther King Jr pada 1968 ketika kebakaran terjadi di dekat Gedung Putih dan toko-toko dijarah di New York City dan kota-kota besar lainnya.