Oleh Rihad pada hari Senin, 28 Sep 2020 - 11:05:04 WIB
Bagikan Berita ini :

Langkah Mentan Naikan Ekspor Pertanian Tiga Kali Lipat

tscom_news_photo_1601265759.png
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo berniat meningkatkan ekspor melalui program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). "Dalam lima tahun ke depan, secara terukur kita harapkan peningkatan ekspor pertanian sebanyak tiga kali lipat itu bisa kita capai," kata Mentan Syahrul usai melepas ekspor produk pertanian di kawasan Bintan Industrial Estate (BIE), Lobam, Kepulauan Riau, Sabtu (26/9/2020).

Berdasarkan data Kementan, 544 kabupaten/kota sudah teridentifikasi memiliki potensi untuk ekspor. Syahrul berharap kinerja ekspor komoditas pertanian bisa terus meningkat. Apalagi bisa ditopang sinergi lintas sektor dan lembaga. Diharapkan sektor pertanian pun bisa semakin menopang perekonomian nasional.

Pada periode bulan Januari sampai dengan Agustus 2020, Syahrul menyebutkan ekspor sektor pertanian Indonesia meningkat 8,82 persen, yakni mencapai Rp 258 triliun. Peningkatan nilai ekspor pertanian turut disumbang oleh sejumlah komoditas unggulan baru. "Porang, sarang burung walet, daun ketapang, sarang semut hitam, sarang semut putih, merupakan komoditas-komoditas ekspor baru pertanian yang bisa memberikan peningkatan ekspor pertanian," katanya.

Mentan memaparkan, di dalam organisasinya juga terdapat Badan Karantina Pertanian sebagai instrumen strategis dalam ekspor produk pertanian bertanggung jawab dalam pemberian sertifikat karantina, sertifikat sanitary dan phytosanitary, produk-produk pertanian.

"Karantina pertanian kita sudah berbasis online dan kami selalu pastikan tidak boleh sampai ada masalah. Setiap jumat kita kontrol. Karantina kami juga berfungsi seperti konsultan. Jadi kalau ada yang kesulitan dan bermasalah dalam proses ekspor, bisa berkonsultasi dengan mereka," katanya.

Harapan Airlangga

Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga menyampaikan harapannya agar ekspor pertanian yang dilaksanakan di kawasan BIE dapat dijadikan rujukan untuk direplikasi di daerah lainnya. "Ini adalah ekspor yang luar biasa dan diharap dapat direplikasi di berbagai daerah karena kita adalah negeri rayuan pulau kelapa," ungkap Menko Arilangga.

Komoditas pertanian yang diekspor dan dikedepankan kali ini adalah produk olahan kelapa meliputi santan kelapa tujuan Jerman dengan volume 70 ribu kilogram senilai Rp 1,6 miliar dan bubuk kelapa tujuan India dengan volume 108.000 kilogram senilai Rp 1,2 miliar.

Airlangga menyebutkan produk olahan kelapa Indonesia saat ini menjadi salah satu komoditas unggulan. Apalagi salah satu produk olahannya bisa meningkatkan imunitas tubuh. “Tadi Pak Syahrul cerita kalau minyak VCO (virgin coconut oil) bisa meningkatkan imunitas tubuh manusia. Sehingga dalam kondisi pandemi sekarang, permintaannya juga meningkat,” terang Airlangga.

Selain produk olahan kelapa, komoditas lainnya yang diekspor adalah arang dengan Malaysia bervolume ekspor sebesar 7.000 kilogram senilai Rp 49 juta; karet dengan tujuan Tiongkok, UEA, Kanada, Jepang, Turki dan Amerika Serikat dengan volume sebesar 2 juta kilogram senilai Rp 35,27 miliar; dan babi potong hidup tujuan Singapura sebanyak 915 ekor dengan nilai ekonomi Rp 3,3 miliar.

Klaster Komoditas

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah, meminta pemerintah untuk membuat klasterisasi komoditas. Rusli mengatakan, sektor pertanian di Indonesia kebanyakan masih terpencar antar komoditas. Hal itu membuat industrialisasi komoditas pertanian untuk menghasilkan produk turunan atau produk jadi siap pakai menjadi terhambat.

"Klasterisasi komoditas ini harus berkelanjutan, tidak bisa hanya 1-2 tahun. Ini harus ada peran pemerintah daerah dan pendampingan langsung dari Kementerian pertanian," kata Rusli beberapa waktu lalu.

Rusli mencontohkan, seperti komoditas gula aren yang memiliki permintaan pasar global cukup tinggi. Namun, petani di Indonesia masih terpencar dan dalam skala ekonomi yang kecil.

Menurutnya, lewat klasterisasi, maka akan terdapat jaringan kawasan yang khusus dan konsentrasi pada komoditas tertentu sehingga skala ekonomi menjadi besar.

Berkumpulnya petani dalam satu klaster kawasan pun mempermudah dalam proses penyiapan produksi yang berkelanjutan. Sebab, importir dari berbagai negara tak hanya butuh kualitas, namun juga kestabilan pasokan. "Pemerintah sudah harus mulai ke arah sana dan ini harus dikawal dengan kencang. Setelah terbentuk, harus didorong produk turunannya untuk menciptakan nilai tambah," kata Rusli.

Selain itu, ia mengatakan, petani-petani yang punya potensi mengekspor hasil panennya maupun yang telah menjadi eksportir namun sulit meningkatkan skala usaha perlu dibantu oleh pemerintah. Salah satunya lewat kemudahan dalam proses pengurusan birokrasi administrasi untuk kegiatan ekspor.

"Banyak sekali komoditas kita di luar sawit yang saat ini mendominasi ekspor pertanian," kata dia.

Ekspor Pertanian Melonjak

Ekspor pertanian menempati posisi tertinggi dalam neraca perdagangan sepanjang bulan Juli 2020. Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan, nilai ekspor pertanian mencapai 350 juta dolar AS. Angka tersebut meningkat 24,10 persen dari capaian ekspor pertanian bulan Juni 2020 yang sebesar 280 juta dolar AS.

"Ekspor pertanian dan hasil pertanian tumbuh cukup besar dari Juni ke Juli, di antaranya untuk tanaman obat dan rempah-rempah, lalu sarang burung walet, kopi, sayuran, dan biji kakao," kata Kepala BPS, Suhariyanto.

Suhariyanto, mengatakan, ekspor pertanian Juli 2020 dibanding Juli 2019 juga tetap tumbuh positif yakni 11,17 persen. Sementara, sektor lainnya seperti migas, industri pengolahan, serta pertambangan dan lainnya mengalami pertumbuhan negatif dari tahun lalu.

"Produk-produk hortikultura dan komoditas perkebunan juga tumbuh bagus," kata Suhariyanto.

Lebih lanjut, ia mengatakan, secara nilai ekspor pertanian memang bukan yang tertinggi. Ekspor dari Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh produk industri pengolahan yakni nilainya 11,28 miliar dolar AS, namun hanya naik 16,95 persen dari bulan sebelumnya.

Selanjutnya diikuti oleh ekspor pertambangan dan lainnya yang mencapai 1,39 miliar dolar AS. Namun, untuk ekspor tambang, mengalami pertumbuhan negatif 7,83 persen dari posisi Juni 2020.

Adapun ekspor terbesar ketiga diduduki oleh ekspor migas yang mencapai 700 juta dolar AS pada Juli 2020. Ekspor migas tercatat naik 23,77 persen dari capaian bulan sebelumnya.

tag: #kementerian-pertanian  #ekspor  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Lainnya
Zoom

Mengapa Jual Beli Jabatan Merupakan Modus Korupsi yang Populer?

Oleh Wiranto
pada hari Kamis, 06 Jan 2022
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menangkap Walikota Bekasi Rahmat Effendi, pada Rabu (5/1/2022). KPK mengamankan 12 orang termasuk Wali Kota Bekasi Rahmat ...
Zoom

Anies dan Ridwan Kamil Akan Digugat Apindo, Ini Alasannya

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kini sedang berhadap-hadapan dengan pengusaha. Anies vs pengusaha ini terkait dengan keputusan Anies yang mengubah kenaikan UMP dari ...