Oleh Rihad pada hari Kamis, 08 Apr 2021 - 21:48:44 WIB
Bagikan Berita ini :

Menkes Akui Ketersediaan Vaksin Mungkin Tersendat, Pemerintah Gencarkan Lobi

tscom_news_photo_1617893324.png
Vaksinasi (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan rencana menambah stok vaksin buatan Sinovac, yaitu CoronaVac. Sebab, kedatangan vaksin AstraZeneca dipastikan mundur, seharusnya 50 juta dosis pada 2021, tapi akhirnya hanya kebagian 20 juta.

"Sampai sekarang juga belum dikonfirmasi oleh mereka. Jadi sampai saat ini kita belum bisa bicara mengenai angkanya," kata Budi dalam rapat dengan Komisi IX DPR, Kamis (8/4).

Sebab, pihak Sinovac juga belum tentu mengabulkan permintaan Indonesia. Budi menyebut butuh 90 juta dosis Sinovac. "Karena memang Sinovac yang digeser ke Oktober-Desember itu mereka belum confirm, masih tahap diskusi. Mereka juga belum bilang itu di harga berapa," jelas dia.

Untuk harga Sinovac tambahan yang tengah didiskusikan tadi masih dalam pembahasan. Namun Budi menyebut harga untuk yang sudah datang sekitar 53 juta dosis.

"Sinovac karena masih tahap diskusi awal dan mengenai harga karena mereka belum berikan komitmen, mereka juga belum berikan soal harga. Jadi untuk Sinovac yang baru belum ada. Tapi untuk informasi, kita beli terakhir 6 dolar per dose," tutup Budi. Jika memakai kurs hari ini, USD 6 sekitar Rp 87.598.

Ia mengakui suplai vaksin dari beberapa produsen vaksin Covid-19 terancam tersendat. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ada pergeseran dalam suplai vaksin Covid-19 yang didapatkan dari dua skema. Pertama, vaksin dari skema multilateral melalui jalur COVAX-GAVI Menteri yang harusnya dikirim pada Maret - April 2021, harus ditunda lantaran adanya embargo di India.

Budi menyebutkan, informasi yang diterima dua minggu lalu dari pihak COVAX-GAVI, pengiriman vaksin akan dilakukan pada Mei 2021. Namun kepastian tersebut masih belum dikonfirmasi COVAX-GAVI secara tertulis.

Kata Budi, ia telah meminta bantuan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk melakukan komunikasi dengan pihak GAVI memastikan alokasi vaksin Covid-19 untuk Indonesia.

"Selain itu, saya sudah menuliskan surat ke Presiden GAVI mengenai penundaan pengiriman ini. Kemudian kemarin ada Menlu Inggris datang disini, Saya juga sudah minta waktu khusus untuk bertemu dengan beliau menyampaikan agar kalau bisa, karena Astrazeneca ini perusahaan Inggris dia bisa mencarikan sumber lain, di luar dari yang India, walaupun tetap ini melalui mekanisme GAVI," jelas Budi.

Kedua, dari jalur bilateral, seminggu lalu pemerintah juga menerima informasi bahwa pengiriman bertahap vaksin AstraZeneca diperpanjang dari Juni 2021 hingga kuartal I dan II tahun 2022. Padahal, kesepakatan awal 50 juta dosis vaksin AstraZeneca akan dikirimkan secara bertahap pada tahun ini.

"Jadwal pengiriman bilateral antara AstraZeneca dengan Biofarma yang sebelumnya memang 50 juta dijanjikan selesai di tahun 2021, sekarang mereka hanya komit 20 juta dan sisanya diundurkan ke kuartal I dan kuartal II 2022," kata Budi.

Mengantisipasi pergeseran suplai vaksin Covid-19 tersebut, Budi mengatakan, pemerintah akan mengambil langkah dengan menambah jumlah pengadaan vaksin Covid-19 dari Sinovac. Hal tersebut lantaran Sinovac selama ini tidak pernah terganggu jadwal pengiriman ke Indonesia.

"Sehingga untuk mengantisipasi kita sudah membuka diskusi dengan China untuk menambah sekitar 90 juta sampai 100 juta dosis tambahan untuk antisipasi kalau memang benar-benar ternyata yang 100 juta yang terdiri 54 juta dari GAVI dan 50 juta dari AstraZeneca itu bergeser," jelas Budi.

Antisipasi dilakukan yaitu dengan melakukan komunikasi dengan Pemerintah China terkait tambah komitmen vaksin Sinovac. Namun, Budi menekankan, rencana tambahan vaksin dari Sinovac masih dalam diskusi awal.

Selain itu, pemerintah juga mencari jalur lain, melalui Amerika Serikat (AS). AS saat ini memiliki laju vaksinasi sangat cepat dan diprediksikan selesai Juni 2021. AS sendiri sudah melakukan pembicaraan informal di kalangan

Menteri Luar Negeri dan Menteri Kesehatan di dunia tentang kemungkinan mereka membuka produksi vaksin bagi negara lain.

"Kami akan mencoba melakukan lobi dengan Amerika, kalau dibuka mudah-mudahan Indonesia itu ada di pertamalah dibandingkan dengan negara-negara lain. Tapi memang sekali lagi itu masih dalam tahap diskusi yang sangat dini, ini merupakan antisipasi kita kalau terjadi apa-apa nanti," kata Budi.

Saat ini, status komitmen ketersediaan vaksin Covid-19 bagi Indonesia ada sekitar 396 juta dosis. Namun ketidakpastian ketersediaan vaksin saat ini masih sangat tinggi terutama yang melalui jalur multilateral GAVI.

tag: #vaksin  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Lainnya
Berita

Kini Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BRI

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 28 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Bank DKI kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan terbaik kepada nasabah khususnya dalam layanan digital. Melalui kerja sama dengan PT Jalin Pembayaran ...
Berita

DPR Sahkan RUU Daerah Khusus Jakarta Jadi UU

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --DPR RI resmi mengesahkan Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) menjadi Undang-Undang (UU). Pengesahan dilakukan pada Rapat Paripurna DPR RI ke-14, di ...