Opini
Oleh Ariady Achmad (Politisi Senior Partai Golkar, Mantan Anggota DPR RI dan Sahabat Dekat Gus Dur pada hari Minggu, 25 Agu 2024 - 19:00:55 WIB
Bagikan Berita ini :

Memimpin Golkar dengan Kewarasan

tscom_news_photo_1724587255.jpg
(Sumber foto : )

Sangat disayangkan pidato pertama Bahlil Lahadila usai terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Bukan menyampaikan gagasan dan ide tentang program kepemimpinan Partai Golkar ditengah dinamika kebangsaan yang akan dia lakukan, namun justru melempar sinyalemen tidak bermutu tentang Raja Jawa.

Celakanya, alih-alih mengundang simpati, pidato tersebut malah memicu penilaian negatif dari masyarakat luas. Bahkan cenderung menimbulkan kegaduhan dan kontroversi yang tidak produktif. Bahkan memicu beredarnya foto-foto tidak sepantasnya yang justru bisa merugikan marwah dan nilai-nilai serta harga diri Partai Golkar.

Munaslub adalah forum tertinggi sekaligus terhormat yang seharusnya dipahami oleh Bahlil Lahadila. Tidak sepantasnya dijadikan arena bermain jokes yang norak. Terlalu pongah menjadikan momentum untuk menggertak maupun menakuti serta membusungkan dada. Apalagi ketika itu yang disampaikan adalah pidato pertama dihadapan kader-kader Partai Golkar.

Perjalanan Partai Golkar sudah cukup jauh dan mendalam mewarnai sejarah Indonesia. Sebagai partai politik yang mapan, Partai Golkar telah melahirkan negarawan, tokoh, politisi yang dihormati dan disegani. Memberikan kontribusi nyata dalam jejak kehidupan kenegaraan, Partai Golkar memiliki nilai, jati diri, budaya maupun fatsoen politik yang matang.

Itu artinya para kader dan politisi Partai Golkar adalah pribadi yang teruji, memiliki dedikasi dan kompetensi dalam berkiprah ke sendi-sendi kehidupan bernegara. Bukan kaleng-kaleng. Bahkan sejak 1983 Partai Golkar telah menetapkan kriteria PDLT (Prestasi, Dedikasi, Loyalitas dan Tidak tercela) bagi kader-kader yang akan bertanding dalam perebutan kursi Ketua Umum.

Memimpin dan mengelola partai politik, apalagi seperti Partai Golkar bukan saja butuh sikap dan sifat kebajikan dan kebijakan. Namun juga kematangan dan kemapanan personality, visioner, daya tahan hingga bernyali sekuat baja. Sebab partai politik adalah organisasi yang membutuhkan akal sehat dan kewarasan. Bukan sebaliknya.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 79 - SOKSI
advertisement
HUT RI 79 - ADIES KADIR
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Hashim Djojohadikusumo dan Masa Depan Pribumi di Indonesia

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Minggu, 13 Okt 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Hashim Djojohadikusumo (HDj) sebenarnya sangat ideologis dan memukau ketika berbicara di hadapan pengusaha properti beberapa hari lalu di Jakarta. Ideologis artinya dia ...
Opini

Simbol "Tali Gantung" Untuk Jokowi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Apapun narasinya apakah "Lengserkan Jokowi", "Tangkap Jokowi", "Adili Jokowi" atau lainnya simbol yang paling pas adalah "Tali ...