JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pengamat Komunikasi Politik Executive Director at Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengaku prihatin, terkait isu yang berkembang soal adanya keretakan diinternal Kabinet Merah Putih saat ini.

Menurutnya, kondisi tersebut seolah menunjukkan bahwa Menteri-menteri sebagai pembantu Presiden tak lagi mengindahkan apa yang menjadi keinginan Presiden Prabowo Subianto.

"Presiden Prabowo saya kira sangat menekankan tentang pentingnya soliditas kabinetnya. Sampai-sampai beliau membuat kegiatan retreat di Magelang tempo hari itu kan tujuannya tak lain dan tak bukan agar menteri-menterinya kompak atau solid. Retreat ternyata tak berefek signifikan," ujar dia.

Ia menyarankan agar Presiden Prabowo Subianto mengeliminir para pembantunya yang bekerja hanya demi kepentingan kelompok dan pribadinya.

"Kalau ada indikasi ke arah situ (menteri bekerja tak solid dan kedepankan ego sektoral demi kepentingan kelompok dan pribadi) presiden Prabowo tidak perlu ragu lagi untuk mendepak model-model menteri semacam itu," tegasnya.

Ia juga mengingatkan agar para menteri khususnya yang diisukan tengah saling bertengkar untuk fokus bekerja demi kepentingan bangsa dan negara.

"Bukan bekerja karena kepentingan pragmatis. Bagi-bagi "kue" itu harusnya ke rakyat, bukan ke istri, suami, anak, sanak famili dan kelompok. Ini negara bukan perusahaan pribadi yang seenaknya dijalankan secara ugal-ugalan. Sekali lagi bapak Presiden Prabowo harus pecat menteri-menteri yang terindikasi hanya mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya," tegas dia.

Sebelumnya, berhembus kabar soal adanya indikasi keretakan antar sejumlah menteri di kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.

Sebut saja, misalnya soal isu keretakan antara Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia Meutya Hafid tengah berseteru dengan Menteri BUMN Erick Thohir. Lalu berhembus isu keretakan antara Airlangga Hartarto – Bahlil Lahadalia. Terakhir yaitu isu keretakan antara Agus Harimurti Yudhoyono – Maruarar Sirait.