JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua Umum Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Ir. Ali Wongso Sinaga, menegaskan bahwa perjuangan mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar negara merupakan tugas lintas generasi. Jika pada era 1960-an bangsa Indonesia menghadapi ancaman nyata dari Partai Komunis Indonesia (PKI), sehingga musuh utama Pancasila adalah PKI, maka pada masa kini tantangan terbesar dan musuh utama Pancasila adalah korupsi berikut jaringan mafianya.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam acara Refleksi G30S/PKI, Peluncuran Buku Catatan Tulisan Tangan Letjen TNI Achmad Jani, serta Doa Bersama di Gedung NU, Jakarta, pada 30 September 2025 lalu. Acara ini dihadiri keluarga besar Pahlawan Revolusi, termasuk putera putri Letjen TNI Achmad Jani antara lain Amelia Jani dan Untung Jani, serta berbagai tokoh masyarakat, NU, dan SOKSI serta mahasiswa.
Ancaman PKI dan Politik Nasakom
Keder binaan langsung Mayjen TNI (Purn) Suhardiman Pendiri SOKSI dan Golkar itu mengingatkan bahwa pada awal 1960-an Pancasila diguncang oleh politik Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis) yang digagas Presiden Soekarno. Melalui konsep tersebut, PKI berhasil menyusup ke pusat kekuasaan dan menekan posisi kekuatan Pancasilais sebagai upaya mereka untuk menjadikan Indonesia negara komunis.
Salah satu langkah berbahaya PKI adalah tuntutan pembentukan “Angkatan Kelima”, yakni “mempersenjatai 15 juta buruh dan petani yang berafiliasi dengan partai tersebut dengan dalih untuk bela negara dan membantu ABRI dalam konfrontasi dengan Malaysia”.
Tuntutan PKI itu amat serius, buktinya pelatihan ala militer dan penyelundupan impor senjata mulai mereka lakukan. Namun tuntutan itu ditolak keras oleh militer dan kekuatan sipil Pancasilais karena dinilai bukan saja mengancam peran TNI sebagai alat pertahanan negara tetapi telah mengancam ideologi nasional dan dasar negara Pancasila.
Letjen TNI Achmad Jani, selaku Panglima Angkatan Darat, bersama KSAB Jenderal A.H. Nasution dan kekuatan masyarakat Front Pancasila seperti NU, Muhammadiyah, SOKSI dan lain-lain berdiri di garda depan melawan infiltrasi PKI. Untuk mengkaji “Angkatan Kelima”, Achmad Jani menugaskan lima jenderal dan hasilnya TNI AD menolak tuntutan PKI itu karena sudah ada Hansip (Pertahanan Sipil) yang siaga untuk bela negara. Namun, PKI justru kemudian memfitnah mereka sebagai “Dewan Jenderal” yang dituding berkehendak akan mengkudeta Presiden Soekarno.
Fitnah itu berujung pada tragedi G30S/PKI. Achmad Jani bersama lima jenderal lainnya penolak Angkatan Kelima itu diculik dan dibunuh. Jenderal Nasution berhasil lolos diselamatkan oleh ajudannya Lettu Tendean yang mati dibunuh PKI.
Meski demikian, Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto bergerak cepat, mengambil alih kendali operasi militer untuk mengatasi situasi setelah Letjen Ahmad Jani gugur guna menyelamatkan negara termasuk menumpas PKI. Peristiwa ini menjadi titik balik kemenangan Pancasila atas komunisme - kesaktian Pancasila tegas Politisi senior Partai Golkar itu.
Musuh Utama Pancasila kini : Korupsi
Menurut Ali Wongso, meski PKI telah dibubarkan, bahaya ideologi anti-Pancasila tetap mungkin muncul dalam bentuk lain dengan KGB (Komunisme Gaya Baru) selain neo liberalisme - kapitalisme baru. Namun, ancaman paling nyata saat ini adalah korupsi berikut mafia dengan jaringannya.
“Dulu PKI adalah musuh utama Pancasila. Kini musuh utama itu bernama korupsi,” tegasnya. Korupsi, lanjutnya, bukan hanya merugikan negara secara ekonomi, tetapi juga menghancurkan kepribadian bangsa, melemahkan semangat gotong royong, keadilan sosial, dan merusak kepercayaan rakyat pada negara. Dengan demikian, korupsi adalah bentuk pengkhianatan terhadap Pancasila.
Ia menekankan bahwa jika para pahlawan revolusi berjuang militan dan rela berkorban jiwa melawan PKI demi membela Pancasila, maka generasi penerusnya sekarang seharusnyalah wajib melanjutkan perjuangan membela Pancasila dengan melawan korupsi secara militan dan konsisten.
Suara Keluarga Pahlawan Revolusi
Dalam kesempatan itu, Amelia Jani, putri Letjen Achmad Jani, menyampaikan bahwa pengorbanan ayahnya dan para pahlawan revolusi adalah pesan moral yang tidak boleh dilupakan bangsa ini.
“Mereka gugur demi Pancasila. Kami berharap bangsa ini meneladani keberanian para pahlawan dan tidak memberi ruang bagi siapapun pengkhianat Pancasila, termasuk para koruptor,” ujarnya penuh haru.
Melanjutkan Perjuangan
Ali Wongso menyerukan agar seluruh elemen bangsa — TNI, Polri, partai politik, ormas, mahasiswa, dan masyarakat luas— bersatu padu melawan korupsi. Menurutnya, koruptor adalah musuh utama bangsa saat ini yang harus diberantas tanpa kompromi. Jika lengah, Indonesia bisa kembali terjebak dalam krisis kepercayaan dan kehancuran moral, kata mantan Ketua DPP Partai Golkar tiga periode itu.
Acara doa bersama ditutup dengan penegasan bahwa menjaga Pancasila adalah perjuangan abadi. Ancaman bisa berganti rupa, dari PKI hingga korupsi, tetapi tekad bangsa untuk mempertahankan ideologi negara harus tetap bulat.
Refleksi G30S/PKI yang digelar SOKSI bersama keluarga besar Pahlawan Revolusi dan keluarga NU menjadi pengingat penting: musuh Pancasila selalu ada pada tiap zaman. Jika dulu PKI berupaya mengguncang negara dengan senjata dan politik infiltrasi, kini korupsi berikut jarinagan mafia diberbagai sektor kehidupan masyarakat bangsa negara berusaha melemahkannya dari dalam dengan merampok kekayaan rakyat dan masa depan bangsa negara.
Pesan Ali Wongso Ketua Umum SOKSI sederhana namun tegas: “Musuh Pancasila dulu PKI, sekarang korupsi. Maka perjuangan harus dilanjutkan. Seluruh kekuatan Pancasilais wajib bersatu dibawah kepemimpinan nasional Presiden Prabowo Subianto menuntaskan perang melawan korupsi.”