JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) lebih suka memberi uang ganti rugi kepada korban penggusuran dari pada memberi kompensasi rumah susun (rusun).
Masalahnya, aturan pemberian uang ganti rugi atau kerohiman kepada warga sudah tidak berlaku lagi. Oleh karena itu, Pemprov DKI Jakarta memilih membangun rusun.
Memberi ganti rugi, kata Ahok, jauh lebih murah daripada membangun rusun. "Jujur, kalau mau duit saya lebih suka kasih Rp15 juta. Saya bangun satu unit rusun butuh Rp140-200 juta. Kalau mau minta Rp15 juta mau pulang kampung saya kasih, untung saya," papar Ahok.
Menurut Ahok, tidak mudah menyediakan rumah susun untuk warga terdampak penertiban. Sebab, bila jumlah rusun belum terpenuhi, penertiban belum bisa dilakukan.
"Bangun rusun 500 saya mau pindahin 2.000 saja, saya enggak berani bongkar. Tapi kalau 2.000 orang bilang sudah pak kasih Rp10 juta aja kami pergi, saya kasih, lebih simpel tak perlu waktu bangun rusun paling tidak 1,5 tahun," cetus Ahok.
Ahok mengklaim, bahwa cara yang dipakai Pemprov DKI untuk merelokasi warga ke rusun jauh lebih manusiawi dibanding Tangerang Selatan. Pemprov DKI baru menggusur warga setelah rusun jadi.(ss)