JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Firmasyah salah seorang penggiat SGRC dalam laman http://melela.org/firmansyah/ mengakui bahwa dirinya seorang homo.
Dalam keterangannya, ia menuding bahwa kebencian masyarakat terhadap kelompok LGBT karena ketidaktahuan masyarakat.
“Saya percaya kebencian ataupun diskriminasi yang dirasakan oleh kelompok LGBT di Indonesia (dan di tempat lain) adalah karena ketidaktahuan masyarakat,” terang Firman dalam keterangannya seperti dikutip dari laman http://melela.org/firmansyah/, Ahad (24/1/2016).
Lebih lanjut, ia mengaitkan antara pendidikan yang tinggi dengan tingkat pemahaman yang rendah terhadap kaum homo dan lesbi atau LGBT.
“Menjadi seorang gay di negara dengan tingkat Human Development Index (HDI) di bawah rata-rata dunia merupakan hal yang sangat melelahkan bagi saya. HDI atau Indeks Pembangunan Manusia adalah gabungan perhitungan rata-rata yang didapatkan dari pengukuran perbandingan angka harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia uang dilansir oleh UNDP (United Nations Development Programme),” lanjutnya.
“Menurut saya, akses pendidikan, salah satu faktor penting dalan perhitungan HDI suatu negara, menjadi alasan utama mengapa masyarakat Indonesia pada umumnya belum menerima seorang gay untuk melela. Saya percaya kebencian ataupun diskriminasi yang dirasakan oleh kelompok LGBT di Indonesia (dan di tempat lain) adalah karena ketidaktahuan masyarakat,” ungkapnya lagi.
Akhir-akhir ini, masyarakat dikejutkan oleh selembaran yang mengatasnamakan UI.
Support Group and Resource Center on Sexuality Studies (SGRC) dalam selebaran yang tersebar luas di dunia maya, SGRC menyebutkan terdapat kata “LGBT Peer Support Network” dan beberapa kesempatan SGRC juga menyantumkan kalimat UI dalam gerakannya. (Icl)