Ragam
Oleh Aris Eko pada hari Sabtu, 26 Mar 2016 - 10:33:05 WIB
Bagikan Berita ini :
Tendangan Redaksi

Jebakan China di Natuna

53images (37).jpg
Kapal AL Cina (Sumber foto : Istimewa)

Tanda-tanda Cina akan mengganggu di Natuna sudah lama terjadi. Sejak beberapa tahun yang lalu Cina sudah pernah mengklaim kawasan laut seputar pulau Natuna adalah wilayahnya. Namun klaim sepihak itu belum diikuti oleh aksi nyata di lapangan.

Ada beberapa analisis atas sikap Cina tersebut. Bisa jadi dua dasa warsa lalu itu kekuatan angkatan laut Cina belum sedigdaya saat ini. Cina masih bergulat dengan penataan ekonominya di dalam negeri untuk menghidupi satu milyar warganya.

Amerika masih menjadi penguasa kawasan laut Cina selatan. Ribuan pasukan marinir Amerika masih ditempatkan di pangkalan Angkatan Laut negara adidaya itu di Pilipina. Cina belum terlalu percaya diri menghadapi kekuatan perang Amerika saat itu.

Kini peta kekuatan berubah. Cina dengan kebangkitan ekonominya mampu membangun kekuatan angkatan perang untuk mengimbangi Amerika. Kepercayaan inilah yang membuat Cina bermanuver di laut Cina Selatan.

Seperti di katakan Nono Sampono, Amerika memilih memundurkan pangkalan Angkatan Lautnya. Dari Pilipinan ke Darwin, Australia. Ini pilihan strategi Amerika memperluas kawasan 'peperangan'. Akibatnya, Indonesia masuk dalam arena 'peperangan' ini.

Mundurnya Amerika membuat Cina leluasa. Kehadiran kapal perang Cina di perairan pulau Natuna tak bisa dianggap sepele. Patut di waspadai Cina telah berhitung matang dengan aksi provokasinya ini.

Jelas Cina mengetahui potensi sumber daya alam di dasar perairan Natuna. Selain terpendam cadangan gas bumi dalam hitungan triliunan kaki kubik, juga menyimpan beberapa blok migas yang menggiurkan. Selain lokasi yang strategis.

Ada tanda-tanda Cina menggunakan modus yang mirip di kepulauan Spartly di Natuna. Awalnya mengirim kapal-kapal nelayan untuk menangkap ikan. Aksi ini dilanjutkan dengan mengirimkan kapal-kapal perangnya.

Taktik ini terbukti membuat Cina menancapkan kekuatannya di kepulauan Spartly. Tak perduli dengan keberatan ataupun protes Pilipina, Vietnam, Korea Selatan maupun Jepang. Taiwan tak dihitung. Bahkan Amerika memilih mundur.

Apakah Cina sengaja menggertak Indonesia yang kini menjadi salah satu tumpuan untuk menyelamatkan guncangan ekonominya? (*)

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
HUT R1 2025 AHMAD NAJIB
advertisement
HUT RI 2025 M HEKAL
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Ragam Lainnya
Ragam

Mimpi Hashim: Menjadikan Indonesia Pusat Pelatihan dan Pelestarian Bambu Dunia

Oleh Ariady Achmad dan team teropongsenayan.com
pada hari Jumat, 20 Jun 2025
Jakarta, 20 Juni 2025 – Di tengah gempuran perubahan iklim global, hadir satu wacana yang terdengar sederhana namun sarat makna ekologis dan ekonomis: bambu. Tanaman yang lekat dengan tradisi ...
Ragam

Tetap Aktif dan Berdaya di Usia Lanjut: Optimalisasi AI untuk Menambah dan Merawat Pengetahuan

Usia lanjut sering kali diiringi oleh tantangan seperti menyusutnya lingkaran sosial, menurunnya keterlibatan dalam dunia kerja, serta perubahan pola aktivitas sehari-hari. Namun, di era digital dan ...