Jakarta
Oleh Atto Kuat pada hari Rabu, 30 Mar 2016 - 16:35:28 WIB
Bagikan Berita ini :

Charta Politika: Posisi Ahok Masih Sangat Mungkin Dikalahkan

37ahok.jpg
Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Hasil survei dari Lembaga Survei Charta Politika menunjukkan elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 masih yang tertinggi di antara lawan-lawannya.

Berdasarkan hasil survei yang dirilis di kantor Charta Politika, Jakarta Selatan, Rabu (30/3/2016) menunjukkan elektabilitas Ahok tetap berada di nomor pertama dengan beragam cara simulasi survei.

Dalam simulasi survei tanpa memberikan opsi nama-nama kandidat kepada responden, Ahok merebut 44,5 persen suara responden di posisi pertama dan diikuti oleh Yusril Ihza Mahendra di posisi kedua dengan perolehan 7,8 persen, Tri Rismaharini ketiga dengan 2,8 persen, Ridwan Kamil 1,8 persen, dan Sandiaga Uno 1,5 persen.

Sementara melalui simulasi survei menggunakan 14 opsi nama, elektabilitas Ahok juga tetap yang tertinggi dengan 51,8 persen, diikuti Yusril 11 persen, Tri Rismaharini 7,3 persen, Hidayat Nur Wahid 3,3 persen, dan Adhyaksa Dault 2,0 persen.

Hal yang sama juga didapatkan dari simulasi survei dengan mengadu satu lawan satu Ahok dengan Sandiaga Uno, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, dan Yusril Ihza Mahendra. Ahok masih mendapatkan persentase di atas 50 persen jika diadu "head to head" dengan nama-nama tersebut.

Selain itu, survei juga menunjukkan tingkat popularitas atau keterkenalan Ahok masih yang tertinggi dengan 97 persen diikuti Ahmad Dhani 91 persen, Desy Ratnasari 84 persen, dan Yusril Ihza Mahendra 79,3 persen.

Namun demikian Direktur Eksekutif Lembaga Survei Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok masih sangat mungkin untuk dikalahkan dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017.

"Siapapun bisa mengalahkan Ahok. Sangat mungkin, masih terbuka peluang Ahok untuk dikalahkan," kata dia.

Namun Yunarto menekankan Ahok tidak bisa disamakan dengan calon gubernur pertahana DKI Jakarta pada pilgub 2012 Fauzi Bowo yang kalah oleh pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama kala itu.

Menurut dia, kasus kalahnya calon pertahana di pilgub DKI dengan contoh Fauzi Bowo atau Foke tidak tepat dengan kasus Ahok saat ini. Yunarto atau yang biasa dipanggil Toto berpendapat apa yang telah dilakukan oleh Foke dengan Ahok dalam pembangunan Jakarta jauh berbeda.

Survei tersebut dilakukan pada 15-20 Maret 2016 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel sebanyak 400 responden yang berada di enam wilayah kota administrasi DKI Jakarta, yakni Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu. (Icl)

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Jakarta Lainnya
Jakarta

Tujuh Indikator Pelemahan Ekonomi dan Tantangan Pertumbuhan.

Oleh Tim Teropong Senayan
pada hari Sabtu, 05 Apr 2025
Situasi perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan berbagai tanda pelemahan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Setidaknya terdapat tujuh indikator utama yang menggambarkan kondisi ini: 1. ...
Jakarta

Rupiah Terus Melemah: Apa yang Bisa Dilakukan?

Jakarta, 25 Maret 2025-Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali mengalami tekanan signifikan. Hari ini, rupiah telah mencapai Rp16.549 per dolar AS, bahkan sempat menyentuh Rp16.639 di pasar ...