Berita
Oleh Ferdiansyah pada hari Minggu, 30 Okt 2016 - 06:27:09 WIB
Bagikan Berita ini :

Ini Alasan Warga Tionghoa tak Boleh Punya Hak Milik Tanah di Yogyakarta

30salim.jpg
Salim A Fillah (Sumber foto : Istimewa)

YOGYAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Penulis Salim A Fillah menjelaskan alasan kenapa warga Tionghoa tak mempunyai hak milik bangunan di daerah Yogyakarta.

“Dan sejarah di Yogjakarta ini, mohon maaf, bukan SARA tapi kita ingin satu fakta sejarah. Tahu kenapa saudara-saudara Tionghoa tak punya hak girik di wilayah Yogjakarta? mereka hanya punya hak milik bangunan semata-semata,” kata Salim dalam Aksi Bela Islam terhadap dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama di Yogyakarta, Jumat (28/10/2016).

Salim melanjutkan, kala itu, Komunitas Tionghoa disebut memberikan bantuan terhadap Belanda dalam menjajah Indonesia.

“Mohon maaf, ini soal sejarah yang harus dilihat dan diakui. Pada agresi militer kedua Belanda, Desember 1948. Komunitas Tionghoa di Yogjakarta memberi sokongan kepada agresor Belanda itu,” ucapnya.

Atas pengkhianatan itu, masih kata Salim, Sultan Hamengkubowono IX mencabut hak kepemilikan tanah di Yogyakarta untuk kaum Tionghoa.

“Meskipun berkhianat kesekian kalinya terhadap negeri ini, tetap kami akui sebagai tetangga dan tidak perlu pergi dan tinggalah disini. Tapi mohon maaf, saya cabut satu hak Anda untuk memeliki tanah. Karena keserakahan sepanjang sejarah,” ucap Salim ketika menirukan pernyatan Sultan Hamengkubowono IX.

Berikut isi lengkap orasinya

Assalamualaikum wrwb.

Sesungguhnya, Umat Islam adalah umat paling penuh cinta kepada alam semesta ini sebab mereka mencita-citakan seluruh bumi tunduk dan patuh hanya kepada Allah SWT. Mereka rela berdampingan dengan siapa pun, bertetangga dengan menunjukan akhlak mulianya.

Tetapi, ketika dengan penuh toleransi, kita semua berada dalam lingkungan majemuk seperti sekarang ini, ada orang yang tidak punya kepekaan menjaga persatuan bangsa dan menghina sesuatu yang paling suci dan kita muliakan.

Sesungguhnya sejarah berbicara kepada kita, perdamaian Salahuddin Al Ayyubi berisi tentang syarat, orang yang paling banyak melakukan kejahatan, mengusiri kaum muslimin dari kampung-kampungnya, merampoki orang-orang yang berhaji ke Baitullah dan melakukan penistaan terhadap ayat-ayat suci diserahkan kepada hukum.

Dan sejarah di Yogjakarta ini, mohon maaf, bukan SARA tapi kita ingin satu fakta sejarah. Tahu kenapa saudara-saudara Tionghoa tak punya hak girik di wilayah Yogjakarta? mereka hanya punya hak milik bangunan semata-semata.

Mohon maaf, ini soal sejarah yang harus dilihat dan diakui. Pada agresi militer kedua Belanda, Desember 1948. Komunitas Tionghoa di Yogjakarta memberi sokongan kepada agresor Belanda itu.

Maka pada tahun 1950, ketika tegak kembali NKRI kita dari Jogjakrta ini, mereka sudah bersiap-siap eksodus. Tapi oleh Sultan Hamengkubuwono IX, mereka ditenangkan dan Sultan mengatakan, ‘Anda meskipun berkhianat kesekian kalinya terhadap negeri ini, tetap kami akui sebagai tetangga dan tidak perlu pergi dan tinggalah disini. Tapi mohon maaf, saya cabut satu hak Anda untuk memeliki tanah. Karena keserakahan sepanjang sejarah’. (icl)

tag: #cina  #islam-menggugat-ahok  #jokowijk  #lawan-ahok  #penistaan-agama  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Pengiriman Bantuan untuk Korban Gempa Terkendala Kapal, NU Bawean Minta Jokowi Turun Tangan

Oleh Sahlan Ake
pada hari Jumat, 29 Mar 2024
GRESIK (TEROPONGSENAYAN) --Pengiriman bantuan logistik/sembako untuk korban Gempa Bawean, Gresik, terkendala menyusul minimnya armada kapal barang yang melayani penyeberangan dari Pelabuhan ...
Berita

Rojih Ubab Maimoen: Media Sosial Bisa Dijadikan Amal di Bulan Ramadan

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Anggota Komisi 1 DPR RI, KH. Rojih Ubab Maimoen mengajak masyarakat untuk mengunakan media digital dengan sebaik-baiknya. Apalagi, kata ia, di bulan Ramadan yang penuh ...