JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) DKI Jakarta, Ahmad Sulhy menyebut, perlakuan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terhadapKetua Rais Aam KH. Ma'ruf Amin merupakan penistaan terhadap ulama.
Pasalnya, kata dia, Ahok secara serampangan menghardik dan memfitnah Ketua Umum MUI dengan menyebut fatwa atau sikap keagamaan MUI soal Al-Maidah 51 'pesanan' mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yhudoyono (SBY).
"Ini fitnah yang sangat serius, juga pelecehan dan penistaan bukan saja kepada Kyai Ma'ruf tapi juga kepada semua ulama di MUI dan ulama se-Indonesia," kata Sulhy kepada TeropongSenayan, Jakarta, Minggu (5/2/2017).
Pasalnya, menurut Sulhy, sikap pongah Ahok yang menuduh cucu Syaikh Nawawi Al-Bantani itu memberi keterangan palsu sangat kelewat batas. Apalagi, Ahok juga mengancam akan menempuh upaya hukum.
"Meskipun, setelah umat bereaksi Ahok kemudian meralat sendiri ucapannya. Orang ini memang kurang ajar, ngomong sendiri membantah sendiri. Setelah umat Islam marah, ngakunya gak ngomong gitu (mau melaporkan Ma'ruf Amin)," cetus Sulhy.
"Dikiranya sekarang ini tidak ada jejak digital? Ahok jangan pake jurus mabuk. Karena semua pernyataan kasar dan ancaman Ahok ke Kyai Ma'ruf ada rekamannya, foto, vidio semua ada. Jadi, saya ingatkan, Ahok jangan perlakukan rakyat seperti orang bodoh!," tegas Sulhy merujuk pada aksi silat lidah Ahok selama ini.
Selain itu, Sulhy juga mengaku tidak habis pikir lantaran ulah Ahok yang memantik emosi warga NU dan umat Islam, justru Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang sibuk.
Sulhy menegaskan, bahwa yang mengecam Ahok bukan saja hanya NU dan Ansor DKI Jakarta, tetapi juga semua aktivis Islam lintas ormas.
"Umat tidak bisa menerima sikap dan perlakuan Ahok dan Tim Pengacaranya kepada Kyai Makruf Amin sebagai ulama sepuh. Ahok sangat kasar, sarkastik, melecehkan, dan menghina marwah ulama Indonesia. Apalagi pengacaranya sangat intimidatif. Kami semua tidak terima," terang Sulhy.
"Ahok ini memang tidak lagi bisa ditolerir. Jangankan berkata sopan, untuk berkata wajar saja tidak. Mulutnya sering keluar bahasa kotor. Mengumbar cacian dan makian," katanya.
"Jangankan mau mengakui kesalahan diri, untuk menjaga mulutnya tidak menyalahkan pihak lain saja tidak bisa. Bagaimana bisaberlaku sopan ke masyarakat kecil, kalau kepada ulama besar (Kyai Ma'ruf) saja kurang ajar!," cetus Sulhy menambahkan. (icl)