Berita
Oleh M Anwar pada hari Minggu, 23 Jul 2017 - 13:03:10 WIB
Bagikan Berita ini :

Viva Yoga : Sejak Kapan Beras IR 64 Disubsidi?

67IMG-20170723-WA0025.jpg
Viva Yoga Mauladi (Sumber foto : Istimewa )

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Viva Yoga Mauladi angkat bicara soal simpang siur beras subsidi. Politisi Partai Amanat Nasional ini mempertanyakan penjelasan Menteri Pertanian Amran Sulaeman tentang beras IR 64 yang disubsidi pemerintah.

"Sejak kapan beras IR 64 ini di subsidi pemerintah. Setahu saya tidak ada tuh klausul pemerintah mensubsidi beras IR 64," ujar Viva Yoga, Wakil Ketua Komisi Bidang Pertanian DPR RI melalui pesan tertulis yang diterima redaksi, Minggu (23/7/2017).

Bahkan Viva juga mempertanyakan tentang kebenaran bahwa beras IR 64 masih ada di pasaran. Sebab setahu Viva, benih IR 64 sudah diganti oleh varietas lain sejak beberapa waktu yang lalu. Viva justru menanyakan siapa yang masih menjual benih IR 64 sehingga menjadi beras bersubsidi itu.

"Apakah benar saat ini masih ada beras IR 64? Siapa saja penjual benihnya? Bukankah sudah diganti dengan varietas lainnya yang lebih baru seperti Ciherang, Mekongga, Inpari dll," papar Viva yang juga dikenal sebagai aktivis HMI saat masih mahasiswa.

Viva juga menyentil penjelasan Menteri Pertanian Amran Sulaeman tentang beras oplosan. "Beras oplosan??? Semua beras yang ada di pasar tradisional dan modern saat ini semuanya oplosan kok. Tangkap saja semuanya yaa..hehe jangan pilih pilih," ujar Viva.

Sebelumnya Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan pemerintah sudah melakukan berbagai upaya agar tak terjadi penyelewengan komoditas di pasar. Satgas Pangan baru-baru ini menggrebek gudang beras yang menjualberas subsididengan harga lebih mahal.

"Kami sudah memasang harga eceran tertinggi (HET), dan intinya bagaiman petani, konsumen dan penjual untung," kata Amran Sulaiman saat ditemui di kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta Pusat, Jumat (21/7/2017).

Amran menuturkan petani harus untung agar bisa berkelanjutan dan produktif, dan konsumen pun berhak mendapatkan harga layak. Namun ia meminta kepada pedagang agar jangan untung terlampau tinggi. "Jangan untungnya 200 persen, itu tak boleh."

Amran menuturkan masalah ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut oleh kepolisian. Ia menyatakan beras subsidi yang seharga Rp 7 ribu per liter dan dijual seharga Rp 20 ribu per liter tentu merugikan semua pihak. "Petani tak dapat apa-apa, konsumen menjerit."

Amran menceritakan beras premium dan medium itu berasal dari satu beras, yaitu IR64. Harganya pun dipatok Rp 9 ribu untuk dijual di pasar, sehingga sebenarnya tidak ada beda antara premium dan medium karena sama-sama IR64.

Namun dalam praktek perusahaan penjual beras yang baru-baru ini didatangi Satgas Pangan, beras subsidi itu diganti karungnya sehingga menjadi beras yang harganya lebih mahal. "Ilustrasinya ini orang dari kampung dibawa ke salon," ujarnya.(dia/dbs)

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Fadel Muhammad: Fungsi Pengawasan DPD Fokus pada Masalah-Masalah di Daerah

Oleh Sahlan Ake
pada hari Jumat, 29 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Wakil Ketua MPR Prof. Dr. Ir. Fadel Muhammad mengatakan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) harus lebih diperkuat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah. ...
Berita

Kini Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BRI

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Bank DKI kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan terbaik kepada nasabah khususnya dalam layanan digital. Melalui kerja sama dengan PT Jalin Pembayaran ...