JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Politikus Partai NasDem Irma Suryani Chaniago menilai, rencana Menteri Pertanian (Mentan) soal swasembada pangan, khususnya beras hanyalah isapan jempol belaka.
"Kegelisahan kita semua terkait dengan swasembada pangan yang jauh panggang dari api. Informasi dari Mentan terkait surplus beras tidak sesuai fakta di lapangan, data yang absurd dan tidak jelas membuat gaduh di masyarakat," sindir Ketua DPP NasDem itu kepada wartawan di Jakarta, Senin (5/3/2018).
"Jika stok cukup bahkan surplus kenapa pedagang kesulitan dapat beras? Jika memang panen raya Februari mencukupi kenapa harga bukannya stabil, malah terus merangkak naik?" sambungnya.
Faktanya di lapangan, sebut Irma, panen Februari tidak menunjukkan data stok cukup, karena panen dan surplus beras di satu wilayah ternyata hanya untuk kebutuhan daerah tersbut, dan tidak bisa menunjang wilayah lainnya di Indonesia.
"Swasembada pangan oleh Mentan saya nilai jauh panggang dari api, setiap masalah pangan timbul, menteri tidak mampu memberikan solusi yang komprehensif, contoh harga cabai naik menteri minta setiap rumah tanam cabai. Harga bawang merah naik, masyarakat diminta kurangi konsumsi bawang merah, lalu jika harga beras naik, masyarakat harus tanam padi di halaman?," sindirnya.
"Awal Bulan Maret ini, saya masih membeli beras yang biasanya seliter Rp 12.000 saat ini masih berharga Rp 14.000, artinya harga beras masih naik sekitar Rp 2.000 per liter atau sekitar 17%. Harga beras standar yang biasanya Rp 9000 per liter saat ini masih berharga Rp 11.000. Kondisi ini tentu menyulitkan ekonomi rakyat kecil," ungkapnya.
Irma mempertanyakan kinerja Mentan selama menjadi pembantu Presiden Joko Widodo selama ini.
"Apa prestasi Kementerian Pertanian selama 3 tahun ini? Mana hasil cetak 1 juta sawah? Kenapa swasembada pangan tidak berhasil? Pertanyaan ini harus dijawab dengan kerja cerdas, bukan dengan jawaban-jawaban yang bikin masyarakat geleng-geleng kepala dengan menyuruh masyarakat mengurangi konsumsi dan tanam sendiri," tandasnya.
Menurut dia, harus ada kerja luar biasa, sawah lama petani yang hanya bisa panen 1 tahun sekali harus dibenahi agar bisa panen setahun 3 kali.
"Bagaimana caranya? koordinasi dengan Kementerian PUPR terkait irigasinya, petani tidak bisa panen setahun 2 atau 3 kali karena hanya mengandalkan air hujan, sawah tidak bisa teraliri air karena irigasi tidak ada. Sementara petani yang mampu panen setahun 2 atau 3 kali masih kesulitan pupuk dan bergelut dengan serangan hama," ujarnya.(yn)