JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Presiden RI ke-3 BJ Habibie angkat bicara soal 20 tahun pasca era Reformasi. Menurutnya, ada dua unsur penting dalam reformasi yang harus disampaikan kepada masyarakat.
“Apakah jalannya reformasi sesuai rencana yang dipersiapkan? dan apakah sudah sampai pada sasarannya?,” kata Habibie di Jakarta Pusat, Kamis (24/5/2018).
Habibie menjelaskan, jalan reformasi sudah sesuai rencana namun sasarannya masih belum tercapai.
“Jalannya reformasi sesuai dengan rencana, sasarannya masih jauh,” ujarnya.
Ia memiliki alasan yang kuat atas pernyataannya tersebut. Menurutnya, yang menjadi sasaran reformasi salah satunya peradaban Indonesia. Peradaban masyarakat Indonesia yang mandiri dan dapat diandalkan oleh bangsanya.
“Saya bilang yang kita sasari adalah peradaban Indonesia. Peradaban Indonesia itu sumber daya manusianya bisa diandalkan dan benar-benar bisa diandalkan. Karena dia kontras hidupnya tinggi, dan perilakunya sesuai dengan budaya dan prasarana untuk kehidupan, untuk peradaban dia kembangkan secara mandiri,” paparnya.
Di mata Habibie, peradaban merupakan hasil usaha dan kerja sumber daya manusia, agar kualitas hidupnya makin hari makin tinggi dan stabil.
Ada tiga elemen, lanjut Habibie, yang menentukan peradaban itu sendiri.
“Pertama Budaya, kedua Agama, dan ketiga kemampuan mengembangkan, menerapkan dan mengendalikan ilmu pengetahuan dan teknologi,” tuturnya.
Kendati demikian, tak mudah untuk menjalankan tiga elemen itu. Hanya orang-orang yang memiliki sinergi positif baik agama maupun budaya yang bisa menjalankan elemen tersebut.
“Itu hanya mungkin diperoleh jikalau persepsi pembudayaannya baik, proses pembudayaannya itu adalah sinergi positif antara budaya dan agama,” ujarnya.
Pria yang kerap disapa Eyang Habibie ini juga menghimbau, agar masyarakat Indonesia kedepan tidak menyepelekan hal-hal yang di luar agama, seperti halnya budaya.
“Jangan terlalu overestimate elemen agama, lalu yang lain dispelekan. Karena itu generasinya Bung Karno diakui oleh Bung Karno sendiri jika tidak menemukan Pancasila, ya gali Pancasila itu dari tubuh seluruh bangsa Indonesia,” ujarnya.
“Jadi kalau anda pelajari sila pertama itu jelas, nah saya sampaikan, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Jangan sekali-kali mengatakan karena Ketuhanan Yang Maha Esa nomor satu, jadi mengembangkan peradaban budaya itu hanya berdasarkan sila pertama, no way! Tidak bisa, harus seimbang dengan sila-sila berikutnya, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan seterusnya,” tambah Habibie.
Ia juga mengingatkan, bahwa masyarakat indonesia harus tetap menjaga persatuan serta kesatuan bangsa Indonesia. Sekalipun negara ini mayoritas muslim, namun Indonesia ini bukan negara muslim, dan harus tetap saling menghormati satu sama lain.
“yang kita cari bukan siapa yang benar, tapi apa yang paling benar, paling baik untuk peradaban Indonesia itu. Misalnya seluruh dunia tau, bahwa masyarakat Islam terbesar di dunia itu di Indonesia, hampir 90 persen. Namun, kita bukan negara islam. Kita negara yang yakin adanya eksistensi Ketuhanan Yang Maha Esa,” pungkasnya.(yn)