JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China pasti berimbas kepada Indonesia. Pasalnya selama ini perdagangan dunia banyak dikuasai China, dimana salah satu negara seperti Amerika Serikat mengalami defisit. Defisit perdagangan ini tidak hanya dialami AS saja, tetapi juga negara-negara lain.
Anggota Komisi XI DPR RI Hery Gunawan menyatakan, perdagangan AS dengan Indonesia sebenarnya surplus, meski relatif lebih kecil ketimbang negara Asean, seperti Vietnam dan Thailand.
Lebih jauh, politisi Gerindra ini menilai, imbasnya kalau neraca perdagangan surplus sementara AS memproteksi produknya terhadap serbuan dari luar, efeknya impor pemerintah semakin berkurang, semakin sulit. Sementara ekspor Indonesia untuk sektor pangan semakin hari kian banyak.
"Contohnya komoditas telur, sampai-sampai akan impor. Transaksi semacam ini akan memengaruhi likuiditas, ketergantungan mata uang rupiah dan efeknya mata uang kita makin terdepresiasi," kata Heri kepada wartawan di Jakarta, Kamis (19/7/2018).
Untuk itu, Heri berharap, pemerintah segera menyajikan data yang valid. Karena selama ini data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, dan Kementerian Perdagangan sedikit terdapat perbedaan.
"Ini memengaruhi kebutuhan pangan kita yang ujung-ujungnya sumbernya dari impor. Antar kementerian mestinya sinergi, sehingga bisa menyajikan data yang benar dan diterima semua pihak," tambahnya.
Menanggapi neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit dengan China, Heri menjelaskan bahwa China memiliki sumber daya yang lebih baik.
Biaya produksinya juga ditekan lebih baik sehingga produk-produknya lebih kompetitif dibanding yang kita produksi. Contohnya baja dari China lebih murah dibanding produk Krakatau Steel.
Sebetulnya, sambung Heri, pemerintah telah mengeluarkan sampai 16 kebijakan, tapi terkesan masih jalan di tempat. Masalahnya koordinasi antar Kementerian atau Lembaga relatif tumpang tindih satu dengan yang lain.
"Masih ada ego-ego sektoral di sini. Ini yang seharusnya diperbaiki oleh pemerintah," tutupnya. (Alf)