Ada sebagian bencana alam yang bisa dipahami sebab-musababnya. Namun, ada pula bencana yang tak begitu saja mudah diketahui penyebabnya. Contoh paling dekat dari bencana jenis ini adalah Tsunami Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018) malam.
Namun, terlepas dari mudah-tidaknya memastikan penyebab bencana, ada hal lain yang tak kalah penting. Apa itu? mitigasi dan penanganan pascabencana.
Sudah banyak pandangan, argumentasi, dan paparan yang menegaskan betapa penting mitigasi dan penanganan pascabencana. Keduanya ibarat dua sisi dalam satu keping mata uang. Saling mendukung dan melengkapi.
Mitigasi bergerak di wilayah hulu, yang fokus pada beragam upaya meminimalisasi risiko menghadapi bencana. Sedangkan penanganan pascabencana bergerak di wilayah hilir, yang menekankan pada pertolongan korban, dan pemulihan terhadap dampak bencana.
Optimalisasi mitigasi dan penanganan pascabencana meski menjadi komitmen bersama bagi siapapun yang hidup di negeri ini.Terutama bagi kalangan elite yang 'merasa' memiliki ilmu dan pengalaman untuk menentukan hitam-putih dan pahit-manis kehidupan di republik ini. Dan, rasanya tidak berlebihan bila para
Paslon Pilpres 2019 dimasukkan dalam kategori elite tersebut.
Di tengah gempuran bencana yang seolah tak berkesudahan, sepertinya wajar bila rakyat di negeri ini ingin mendengar konsep dan strategi paslon terkait isu bencana. Maka, rasanya wajar pula jika muncul usul agar isu bencana masuk dalam materi debat capres.
Hal itu penting agar rakyat mendapat gambaran kedalaman pengetahuan dan kepekaan para kandidat terhadap isu bencana. Menjadi pemimpin di Indonesia, hukumnya mutlak untuk mengerti dan memahami bencana. Itu terkait dengan posisi geografis Indonesia yang berdiri di zona ring of fire, dimana bencana bisa datang kapan saja. Maka memang, tidak bisa tidak, menjadi pemimpin di negeri ini meski memiliki konsep jelas tentang pencegahan risiko dan penanganan pascabencana. Sekali lagi, tidak bisa tidak. (*)