Profil
Oleh Pamudji Slamet pada hari Kamis, 31 Jan 2019 - 17:17:20 WIB
Bagikan Berita ini :
Co-Founder dan Penasehat OK OCE, Indra Cahya Uno

Saya Yakin OK OCE akan Menjadi Pembaharu Ekonomi Indonesia

94indra2.jpg.jpg
Co-Founder dan Penasehat OK OCE, Indra Cahya Uno (Sumber foto : ist)

Dari Jakarta, gerakan OK OCE mulai menjalar ke seantero Indonesia. Jika terpelihara dan tertangani secara baik, bukan mustahil gerakan ini akan menjadi kekuatan ekonomi baru di Tanah Air. Co-Founder dan Penasehat OK OCE, Indra Cahya Uno, bahkan berkeyakinan OK OCE kelak menjadi pembaharu perekonomian nasional.

Tak hanya itu, kakak dari Calon Wakil Presiden Sandiaga Salahuddin Uno tersebut, juga percaya gerakan ini bisa direplikasi oleh negara tetangga dan negara berkembang. Yang terpenting, gerakan tersebut harus dilahirkan dan dipelihara oleh masyarakat.

Guna mengetahui cara OK OCE menjadi gerakan pembaharu ekonomi, wartawan TeropongSenayan, Pamudji Slamet dan Jihan Nadia berkesempatan berbincang dengan Indra Cahya Uno, di Jakarta Selatan, Selasa (29/1/2019). Perbincangan juga menyinggung tentang suasana batin keluarga besar Sandiaga Uno melewati hari-hari menjelang Hari H Pilpres, 17 April mendatang.

Berikut kutipannya:

Pernah kah Anda membayangkan OK-OCE akan menjadi kekuatan ekonomi baru?
Tidak berani bermimpi, tetapi punya doa ke sana. Kalau ditangani serius, gerakan ini akan menjadi suatu gerakan yang sebesar gerakan non blok dulu, dimana pengangguran berkurang jauh sekali. Masyarakat bawah bisa punya skill cukup untuk mendapatkan penghasilan sehingga dia bisa menciptakan lapangan kerja buat dirinya sendiri. Itu minimal. Dan ini bukan hanya ada di wilayah, tetapi juga di daerah, kecamatan, kelurahan, bahkan sampai RW/RT.

Kalau aksesnya sudah dibuka seluas-luasnya, mulai dari akses pendampingan, perizinan, dan seterusnya sampai permodalan, saya yakin ini akan menjadi pembaharu dalam ekonomi Indonesia. Dan, ini saya menyebutnya eksportable item kepada negara-negara tetangga, dan juga negara-negara berkembang lainnya. Mereka bisa mereplikasi ini dengan konsep gerakan yang dilahirkan, dimiliki dan dipelihara oleh masyarakat.

Ketika dilahirkan, OK-OCE disiapkan hanya sebagai gerakan atau sudah mengarah ke program?
Kalau di awal, kita ingin, nomor satu sesuatu yang sudah bergulir, bagaimana caranya dia bergulir terus. Yang ada di kepala saya adalah kesinambungan. Dan begitu hal itu terpikir, berarti dia tidak boleh dimiliki oleh satu kelompok. Tidak boleh kami, tetapi kita. Nah terpikir bentuknya seperti apa, harus sebuah gerakan. Jika nantinya gerakan itu bekerja sama dengan pemerintah daerah, atau organisasi dan institusi tertentu, dan menjadi program, itu terserah. Tetapi dia harus mempunyai payung besar, yang namanya payung gerakan. Dan payung gerakan ini akan terus dipelihara, dan dibesarkan oleh masyarakat. Sebab, merekalah yang merasakan manfaat terbesar, apabila tetangga mereka, kerabat mereka mendapatkan lapangan kerja melalui gerakan ini.

Kata kunci dari kekuatan OK-OCE ada dimana?
Ruh atau kata kunci OK-OCE ada di P ketiga, yaitu pendampingan. Kenapa pendampingan? akar kata dari pendampingan adalah taawun (tolong menolong). Dan kita tahu bahwa sebuah gerakan, berkahnya akan besar sekali begitu ada tolong-menolong di dalamnya. Dan ini lah yang dengan sendirinya akan membesarkan gerakan ini.Banyak gerakan serupa yang kita ajak berjejaring sehingga rantai distribusinya (networking) menjadi luas.

Ini soal Sandiaga Uno, sejauh amatan Anda, apakah gaya dan konten kampanye Sandiaga Uno memiliki warna lain dalam kampanye Pilpres?
Tanpa bermaksud untuk meninggi, saya melihat bahwa Sandiaga itu seorang entrepreneur. Seorang entrepreneur itu benang merahya adalah inovasi dan kreativitas. Dia melihat selama ini pendekatannya adalah traditional aproach political campaign. Dia ingin berinovasi di dalamnya, dimana politik khususnya kampanye harus berdamai, harus sejuk, harus tentram. Kita berlomba, tetapi dalam konteks ketentraman. Mencari yang terbaik,dalam suasana begitu,keluarlah the best of mind,dan the best of program.

Waktu di Pilkada DKI pada 2016, dia mengatakan bahwa saya terlatih di dunia bisnis, semua keputusan harus berdasarkan data, dimana secara statistik (ada yang) namanya beleid (cara) and reliable. Bukan cuma dapat diulang, tetapi bisa direplikasi,dan hasilnya tetap sama. Sehingga dia memulai jurney-nya berdasarkan data kongkrit, berdasarkan research, dan menurut saya ini kunci dia keluar dari yang namanya political consultance mindset.Dia keluar dari sana. Bagi dia every voter are my client,every voter are my customer,yang harus saya satisfy (penuhi) kebutuhannya.

Dengan pendekatan seperti itu, langsung hilang yang namanya tradisional aproach, dimana setiap kampanye (terutama di daerah) ada yang ditinggali, entah itu APK (alat peraga kampanye), atau bentuk lainnya. Tapi dia meninggalkan OK-OCE, yang ditinggalkan adalah ilmu. Jadi, dia memberdayakan, dan keberdayaan tersebutlah yang membuat ada ikatan, ada sense of inforcment antara dia dan customer-customernya. Kalau dikatakan berbeda,memang berbeda,karena saya lihat semua keputusan menjadi rasional.

Tapi, apakah ada keputusan berdasarkan intuisi? ada,tapi persentasenya jauh lebih kecil dari sebelum-sebelumnya kita lihat. Bukan mengatakan, bahwa ini yang pertama, bukan, tetapi dia punya disiplin dalam mengeksekusi apapun yang dihadapi. Dan ini sudah terbukti dengan dia memulai usahanya. Tidak ada namanya magic wand (tongkat ajaib),nggak ada satu program yang menyelesaikan semuanya. Nggak ada. Membangun suatu rumah harus bata demi bata, yang bisa menaungi seluruh kebutuhan rakyat di negeri ini. Yang dia lakukan adalah more modern campaign. Bukan hanya modern campaign,karena modern campaign sudah dijalankan sejak zamannya pemilihan presiden secara langsung.

Bagaimana suasana batin keluarga saat ini hingga Hari H Pilpres?
Kami memahami bahwa kami tidak kuasa terhadap hasil. Kalau pun ada dag-dig-dug, dalam arti kita (sudah) full kerja kerasnya, lalu menggunakan ilmu dengan bekerja cerdas, lalu kerja dari ujung ke ujung dengan kerja tuntas, hasilnya kami serahkan saja. Apapun hasilnya di luar kendali kami.

Artinya keluarga tidak pernah berpikir kalah-menang?
Keluarga punya ekspektasi, tetapi dari awal, kami selalu bilang boleh punya ekspektasi, tetapi yang nggak boleh bila ekspektasi tidak sesuai dengan realitas, tidak boleh punya respons emosi (dalam bentuk) apapun.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Profil Lainnya
Profil

Nata Irawan, Anak Pasar yang Pernah Jadi Pj. Gubernur

Oleh Aris Eko
pada hari Jumat, 15 Sep 2023
TEROPONG SENAYAN-- Lahir dari orang tua asal pelosok desa di Lampung dan lekat dengan kehidupan keras di pasar di Jakarta bukan menjadi halangan bagi remaja Nata Irawan meniti karir dan kehidupan. ...
Profil

Forum FIP-JIP dan Peta Jalan Pendidikan 318

Pada 9-11 November 2021, Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan Forum Fakultas Ilmu Pendidikan dan Jurusan Ilmu Pendidikan (FIP-JIP) dari seluruh Lembaga Pendidikan ...