JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menyesalkankekisruhan yang mewarnai proses penghitungan suara Pilpres 2019.
Hal ini, menurut Mahfud, terjadi disebabkan sikapKomisi Pemilihan Umum (KPU)yang kurang antisipatif, khususnya dalam penanganan informasi teknologi dalam penghitungan suara. Kekurangan ini membuat KPU terkesan kurang profesional.
“Masak, salah input data sampai di 9 daerah? Masak dalam 3 hari baru terinput 5 persen? Penghitung swasta/perseorangan saja sudah lebih di atas 50 persen,” kata Mahfuddalam akun twitter pribadi, Minggu (21/4/2019).
Menurutnya, keadaan ini menimbulkan berbagai spekulasi negatif dan semakin memperpanas suasana. Ada pihak yang kemudian curiga, KPU disusupi orang IT yang tidak netral.
“KPU harus memastikan bahwa awak IT-nya benar-benar profesional dan netral. Bawaslu dancivil societyharus diberi akses yang luas untuk langsung mengawasi,” tegas Mahfud.
Mahfud mengaku sudah mengingatkan KPU untuk mengantisipasi berbagai serangan yang akan muncul setelah pencoblosan, pada awal Januari 2019 lalu.
Adapun serangan-serangan itu antara lain kecurangan, tidak profesional, memihak, diintervensi, dan lain sebagainya.
“Waktu itu saya ingatkan, KPU harus profesional. Yang saya sampaikan di ILC (Indonesia Lawyers Club) itu sekarang benar terjadi,” katanya. (Alf)