Opini
Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis IMM) pada hari Kamis, 09 Mei 2019 - 14:20:36 WIB
Bagikan Berita ini :

Sulit Bertahan

tscom_news_photo_1557386436.jpg
Ilustrasi (Sumber foto : Ist)

Di tengah gejala ingin mempertahankan kekuasaan dengan upaya yang dipaksakan baik lewat permainan angka maupun ancam-ancaman kekuatan, sebenarnya kekuasaan sudah rapuh.
Meski pucuk-pucuk pimpinan dipastikan adalah "orang-orangnya" tapi yang dihadapi adalah rakyat sendiri. Komando akan efektif jika jelas musuh yang dihadapi. Untuk yang di depan adalah rakyat maka bahasa berubah dari "kill them with your gun" menjadi "say it with flowers". Begitu hukum bahasa dialog dengan rakyat.

Ada tiga hal berat yang sedang dihadapi yaitu :

Pertama, mengubah peta "kalah" menjadi "menang" dengan angka-angka yang diyakini bisa diolah. Padahal di era informasi dan teknologi yang terawasi ketat, tidak mudah melakukan rekayasa. Jejak digital sulit dihapus. Sama saja menutupi lubang kecil dengan membuat lubang baru yang lebih besar. Data satu sumber dilawan dengan tebaran data dari banyak sumber. Data yang ada saling memverifikasi. KPU akan mengalami goncangan karena diragukan kejujurannya. Terlalu banyak eror memunculkan tayangan horor.

Kedua, pengumuman KPU tidak diterima karena tuntutan transparansi termasuk audit forensik tidak dilakukan. Pasangan lawan "melepas" proses hukum MK dengan skeptis. Menyerahkan penilaian pada publik. Rakyat yang kecewa yang merasa suaranya "tercuri" atau "termanipulasi" mencari saluran pengaduan DPR atau langsung MPR. Menuntut agar menyelidiki kebenaran dugaan terjadinya "pencurian" atau "pemanipulasian" atas suara mereka. Tuntutan keras untuk tegaknya keadilan. Proses politik berjalan dalam semangat memulihkan kedaulatan rakyat.

Ketiga, kematian 500 an petugas Pemilu dikunci akses penyelidikan. Hal ini menjadi beban skandal kemanusiaan. Mengapa harus ditutupi jika tak bermasalah. Ada keanehan yang terus disikapi "dingin". Siapa yang bermain dibalik kematian orang orang ini. Jika ini peristiwa biasa dan tak ada permainan maka buka ruang akses medis sebesar besarnya. Apakah ini peristiwa kematian wajar, kecelakaan, ataukah pembunuhan? Sampai hari, jam dan detik ini masih bungkam dan terus dibungkam.

Kedudukannya akan semakin rapuh. Sulit berargumen dengan apik. Jengkel dengan berbagai tudingan maka akhirnya mengumbar amarah. Tapi untuk marah yang efektif juga butuh kecerdasan. Tanpa kualifikasi dan kemampuan maka itu menambah kerapuhan. Ketika berubah status dari pejabat yang dihormati menjadi penjahat demokrasi maka duduk pun dapat berpindah dari kursi ber karpet merah ke kursi ber meja hijau.
Menjadi burung yang tak bisa terbang karena kehilangan sayap. Menjadi katak yang tak bisa melompat karena kaki-kakinya patah digigit biawak.

Siapapun yang berada di medan gempuran krisis kepercayaan, pasti sulit untuk bertahan. Sulit bertahan.

Bandung, 9 Mei 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #jokowi  #kpu  #pilpres-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Hutang Kereta Cepat: Warisan Jokowi yang Menguras Kantong Anak Cucu

Oleh Didi Irawadi Syamsuddin, S.H., LL.M. Lawyer, Writer, Politician
pada hari Kamis, 16 Okt 2025
Indonesia akhirnya punya kereta cepat. Tapi sayangnya, yang cepat bukan cuma lajunya — juga pembengkakan biayanya, utangnya, dan klaim keberhasilannya. Dari proyek yang dijanjikan tanpa beban ...
Opini

Menjaga Keberadaban Media di Era Kebebasan: Suara Santri untuk Negeri

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Dalam beberapa hari terakhir, publik digemparkan oleh tayangan Xpose Uncensored di salah satu stasiun televisi nasional, Trans7. Tayangan tersebut menyinggung santri dan ...