JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mencuit panjang lagi. Kali ini menyoroti statamen dan keluhan Presiden Jokowi terkait investasi China di Indonesia. Fahri pun mengulas kutipan berita Jokowi tersebut di akun medsosnya.
“Berita yang paling menarik dijelaskan kepada publik tentang bahaya kalau kabinet gak paham abjad mengelola negara dan ekonomi. Mental ABS dan feodal tidak bikin prestasi apa-apa... semua fatamorgana,” kata Fahri,(8/9/2019).
Fahri mengutip statement Jokowi di media online. “Dari investor-investor yang kita temui, dan catatan yang disampaikan Bank Dunia kepada kita, dua bulan yang lalu ada 33 perusahaan di Tiongkok keluar, 23 memilih Vietnam, 10 ke Malaysia, Thailand, Kamboja. Nggak ada yang ke kita,” kata Fahri mengutif kalimat Jokowi.
Jadi, kata Fahri Hamzah, kita membayangkan, bagaimana negara yang dituduh mendominasi ekonomi Indonesia belakangan tidak minat berbisnis dan berinvestasi di negara ini.
“Lalu presiden kaget sebab kalau Tiongkok aja sudah gak minat bagaimana dengan negara lain? Tiongkok terkenal kurang hati-hati kok,” kata Fahri.
Meurut Fahri, keadaan ini membenarkan fakta bahwa ekonomi kita makin didominasi hutang bukan investasi. Tidak saja swasta yang berhutang bahkan BUMN pun menumpuk hutang yang terbesar sepanjang sejarah. Jadi, penampilan kita belakangan ini di topang oleh hutang.
“Kembali kepada kekagetan presiden Jokowi seharusnya membuat kabinet itu mundur massal. Kelakuannya sok yakin ternyata gak ada kebijakan yang dapat meyakinkan investor untuk berpartner malah yang datang adalah rentenir. Hutang tambah banyak dan anak cucu kita akan menanggung,” ungkapnya.
Fahri berjanji akan jelaskan apa-apa yang bisa bikin investor datang. Selain UU investasi yang sebetulnya sudah bagus, iklim usaha dan kepastianlah yang ditunggu dari birokrasi negara yang profesional.
“Dengan segala maaf birokrasi negara kita masih belum banyak berubah,” ujarnya.
Menurut Fahri, semua kata kuncinya ada di kabinet yang dipimpin presiden Jokowi. Karena leadership negara yang dapat menggerakkan birokrasi dan seluruh struktur dan sumberdaya negara ada di sana.
“Jadi biang keroknya ada di kabinet. Jangan cari di tempat lain! Wallahualam,” pungkas Fahri. (Alf)