Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis HMI) pada hari Selasa, 08 Okt 2019 - 13:29:26 WIB
Bagikan Berita ini :

Menafsir Cover Tempo

tscom_news_photo_1570516458.jpg
Cover Majalah Tempo (Sumber foto : Ist)

Gambar itu berceritra. Penggambaran keadaan, karakter, atau apapun bisa didapat dan ditafsirkan dari sebuah gambar atau karikatur. Tanpa masuk ke halaman dalam gambar luar pun sudah mampu berceritra dengan seribu makna. Disini pembuat tentu memiliki kecerdasan dan kekayaan imajinasi.

Edisi terakhir majalah Tempo bergambar cover Presiden Jokowi yang bermata sipit, berhidung pesek, bermuka lebam, sedang menghitung kancing "perpu tidak perpu tidak", posisi duduk tanpa kursi, dan bersendal sepatu crocs buaya, sangat bagus sekali.

Bagus karena kaya makna dan mudah dicerna. Seperti sindiran cover "pinokio" terdahulu yang bisa membuat orang mengerti, senang atau marah. Tergantung sudut pandang. Meski beda pandangan tapi ada titik temu yang "mufakat" yakni gambar itu adalah Jokowi, Presiden Republik Indonesia.

Bermata sipit berhidung pesek adalah profil wajah Cina. Jokowi digambarkan berwajah Cina. Apakah karena akrab dan dikelilingi Cina, memanjakan pengusaha Cina, soal Perppu pesanan dan demi kepentingan (investasi)Cina, dikendalikan oleh Cina, atau Jokowi itu memang keturunan Cina. Tafsir boleh saja. Nah kini ditunggu, jika berhidung panjang ada yang marah, jika hidung pendek adakah yang marah juga lalu lapor sana sini lagi atau tidak.

Wajah yang agak lebam memang sedang mengalami pukulan aksi protes mahasiswa, perguruan tinggi, pelajar, buruh, dan aktivis umat Islam. Babak belur karena Jokowi juga mendapat pukulan dari teman teman dekat yang sedang berebut kue jabatan dan saling menekan. Belum lagi pukulan keras Papua bersama Amerika.

Hitung kancing manifestasi kebimbangan luar biasa. Situasi dilematis Perppu dikeluarkan menyenangkan rakyat sesuai aspirasi dan akal sehat. Tapi partai koalisi dan parlemen cemberut dan memaki maki. Jika tidak dikeluarkan, mahasiswa dan rakyat yang akan terus menekan. Hitung kancing adalah mengikuti suara tokek. Mistik. Mistisisme sering meliputi ruangan istana dimana mana. Efeknya banyak tokoh yang setelah "masuk istana" keluar berubah jadi penjilat. Mistik politik.

Jokowi duduk tanpa kursi. Memang belum dilantik saat ini. Jika dilantik pun apakah kursi tetap diduduki. Artinya sebenarnya ia bukan pemilik orisonal kekuasaan. Ada orang sekitar Presiden yang lebih berkuasa "the real President". Menjadikan boneka tanpa kursi. Soal Perppu adalah awalan yang bisa berujung Jokowi punya atau tidak kursi. Kursi yang hilang adalah keniscayaan bagi pemimpin yang mengabaikan perasaan rakyat. Cepat atau lambat.

Bersandal adalah kesederhanaan. Tapi bersandal buaya "crocs" adalah penipuan. Itu barang mahal made in Colorado Amrik. Jadi milenial yang tak pantas. Kegedean eh ketuaan, bro.

Tempo memang tempo tempo kritis tempo tempo hambar. Kini Tempo sepertinya mencoba memulihkan diri untuk lebih kritis. Menjadi sinyal apakah Pak Presiden sudah temponya untuk tidak duduk di kursi gara-gara berhidung pesek atau bermata sipit dan bimbang beratuntuk mengambil putusan soal Perppu? Kita lihat tempo saja ke depan.

Bandung, 8 Oktober 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
HUT R1 2025 AHMAD NAJIB
advertisement
HUT RI 2025 M HEKAL
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 2025 SOKSI
advertisement
Lainnya
Opini

PROTES GEN-Z INDONESIA-NEPAL DAN BAYANGAN MULTIPOLAR

Oleh Radhar Tribaskoro
pada hari Jumat, 12 Sep 2025
Ada yang serupa dalam gelombang protes yang melanda Nepal dan Indonesia. Orang-orang muda turun ke jalan, massa marah meledak tanpa aba-aba, dan negara—sebagai institusi tertinggi yang ...
Opini

Peneliti Spektrum Demokrasi Indonesia Ingatkan Kerusuhan Nepal Pelajaran Penting Bagi Indonesia

TEROPONGSENAYAN.COM - JAKARTA – Peneliti Spektrum Demokrasi Indonesia, Dwi Nugroho Marsudianto, menuturkan gelombang protes dan kerusuhan sosial yang melanda Nepal beberapa hari terakhir ...