JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Lantaran melanggar kebijakan perusahaan terhadap informasi yang salah pada sensus pemerintah Amerika Serikat (AS), .Facebook Inc mencabut iklan kampanye Donald Trump. Trump mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden AS 2020, November mendatang.
Facebook terpaksa mencabutnya, karena dalam iklan dari laman Wakil Presiden AS – sekaligus ketua Partai Republik – ada tautan ke sensus di situs kampanye dan permintaan sumbangan.
Bunyinya: “Kami membutuhkan orang Amerika Patriotik seperti ANDA untuk merespons sensus ini, sehingga kami dapat mengembangkan strategi kemenangan untuk NEGARA ANDA,” bunyi iklan.
Facebook terpaksa mencabutnya karena desakan pendukung hak-hak sipil. Facebook dinilai menampilkan iklan yang berisi survei yang menyesatkan. "Ada kebijakan yang dibuat untuk mencegah kebingungan di sekitar sensus resmi AS. Ini harus ditegakkan," kata juru bicara Facebook Andy Stone, seperti dikutip situs reuters.com (6/3/2020).
Sensus tersebut dinilai dapat mengacakan pemungutan suara, yaitu dapat memperngaruhi pemilihan untuk menetapkan pilihannya dalam Pilpres AS.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi, dari partai Demokrat, termasuk yang mengecam Facebook. Meski ini merupakan bisnis, “Tidak harus berdasarkan siapa yang berada di negara ini,” katanya dalam jumpa pers.
Sensus pemerintah yang diadakan Donald Trump itu sempat diblokir oleh Mahkamah Agung dan dikiritik oleh sejumlah negara bagian di sana serta kelompok yang menganut kebebasan sipil.
Anggota Komite Pengawasan dan Reformasi DPR As yang tak disebutkan namanya menulis surat kepada Komite Nasional Partai Republik (RNC), meminta agar Partai Republik berhenti mengirim komunikasi yang menyerupai dokumen sensus resmi
Namun tudingan tersebut dibantah. "Surat-surat (iklan) sama sekali tidak menyerupai sensus resmi pemerintah,” ujar seorang juru bicara RNC membela iklan itu.