JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Jumlah kasus COVID-19 di Amerika Serikat terus membengkak. Per Minggu (29/3/2020), jumlahnya menjadi 123.781 kasus – menjadi terbanyak di dunia. Sedangkan yang meninggal dunia 2.229 orang.
Untuk menghambatnya, kini Presiden AS Donald Trump melakukan kebijakan baru. Ia akan mengeluarkan travel warning
Trump mengatakan pada Sabtu sore bahwa ia mungkin peringatan perjalanan (travel warning) untuk keluar masuk New York dan sebagian New Jersey dan Connecticut, pusat penyakit AS, untuk melindungi negara-negara lain yang belum menanggung beban. Dia menawarkan beberapa spesifik.
Saran itu kemudian diperkuat oleh anjuran dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC). CDC CDC memperingatkan agar penduduk negara bagian tersebut untuk menghindari perjalanan domestik yang tidak penting selama 14 hari.
Peringatan tersebuttidak berlaku untuk karyawan "industri infrastruktur kritis" termasuk truk, kesehatan masyarakat dan jasa keuangan.
Trump menampik kemungkinan lockdown buat warga New York. "Karantina tidak perlu," katanya di media sosial Twitter.
Sebelumnya Trump menyodorkan rencana dalam bentuk pelarangan keluar masuk negara bagian New York. New York merupakan negara bagian yang paling terdampak akibat COVID. Selain New York, pemberlakuan itu juga akan diterapkanpada sebagian New Jersey dan Connecticut.
Tetapi langkah Trump mengundang banyak kritik. Para kritikus menyebut gagasan itu tidak bisa dijalankan. Ini akan menyebabkan kekacauan di wilayah tersebut. Apalagi New York dikenal sebagai mesin ekonomi AS bagian timur, yang menyumbang 10% dari populasi dan 12% dari produk domestik bruto AS.
"Jika Anda mulai membentengi daerah-daerah di seluruh negeri itu akan benar-benar aneh, kontra-produktif, anti-Amerika," ancam Gubernur New York Andrew Cuomo.
Begitu banyak keberatan, Trump pun mengurungkan rencana menutup kota.
Agaknya menutup kota terpadat atau tersibuk di suatu negara – seperti New York – mengundang risiko yang tidak kecil, apabila tanpa persiapan yang sangat matang.