Oleh Rihad pada hari Tuesday, 21 Apr 2020 - 08:30:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Harga Minyak Sedang Murah, Apa yang Seharusnya Dilakukan Pemerintah?

tscom_news_photo_1587430612.jpg
Arcandra Tahar (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Harga minyak dunia sedang merosot sebagai dampak virus Corona. Apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk memanfaatkan momen ini?

Mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan Indonesia bisa memanfaatkan kondisi ini untuk melakukan kontrak jangka panjang dengan produsen minyak. "Bagaimana dengan peluang Indonesia? Kita konsumen minyak besar, negara dengan konsumen minyak besar akan melakukan hal-hal diantaranya melakukan kontrak jangka panjang," kata Arcandra Tahar dalam unggahannya di akun Instagram, Selasa (21/4/2020).

Selain itu pilihan lainnya adalah peluang untuk membeli minyak mentah banyak secara langsung jika storage atau penyimpanan cukup besar.

Atau jika storage sudah penuh dapat melakukan kontrak pembelian saat minyak turun, namun waktu pengiriman bisa diatur ketika waktu penerimaan storage sudah memungkinkan.

"Cara seperti itu harganya akan tetap menguntungkan, karena kontrak pembelian tetap bisa dilakukan," kata Komisaris Utama Perusahaan Gas Negara (PGN), Arcandra Tahar tersebut.

Lebih lanjut ia menjelaskan, situasi minyak rendah biasanya dimanfaatkan untuk memperkuat sektor hilir migas. Contoh mengembangkan proyek kilang migas, petrochemical dan infrastruktur lain seperti jaringan gas bumi.

Harapannya ketika infrastruktur selesai dibangun rata-rata butuh 3 sampai 5 tahun, ketika sudah siap saat itu harga minyak kembali normal.

Seperti diketahui, harga minyak mentah berjangka AS anjlok di bawah nol dolar AS pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) untuk pertama kalinya dalam sejarah, di tengah kelebihan pasokan yang disebabkan oleh virus corona, ketika para pedagang yang putus asa membayar untuk menyingkirkan minyak yang kontraknya akan berakhir Selasa.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei merosot 55,9 dolar AS atau lebih dari 305 persen, menjadi menetap di -37,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah menyentuh titik terendah sepanjang masa -40,32 dolar AS per barel.

Harga minyak negatif menyiratkan bahwa produsen akan membayar pembeli untuk mengambil minyak dari tangan mereka. Ini menandai pertama kalinya kontrak berjangka minyak diperdagangkan negatif dalam sejarah, menurut Dow Jones Market Data. Kontrak Mei berakhir pada Selasa. Kontrak WTI untuk penyerahan Juni juga jatuh lebih dari 18 persen menjadi 20,43 per barel.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun 2,51 dolar AS atau sembilan persen menjadi ditutup pada 25,57 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Penurunan Brent tidak sederas WTI karena lebih banyak tempat penyimpanan tersedia di seluruh dunia.

Permintaan minyak global diperkirakan akan turun dengan rekor 9,3 juta barel per hari (bph) tahun ke tahun pada 2020, Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan dalam laporan bulanannya yang baru dirilis.

"Dampak dari tindakan lockdown di 187 negara dan wilayah telah membuat mobilitas hampir terhenti," kata IEA, menambahkan permintaan pada April diperkirakan 29 juta barel per hari lebih rendah dari tahun lalu, turun ke level terakhir terlihat pada 1995.

Ketika miliaran orang di seluruh dunia tinggal di rumah untuk memperlambat penyebaran virus corona baru, permintaan fisik untuk minyak mentah telah mengering, menciptakan kelebihan pasokan global.

tag: #minyak  #harga-bbm  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement