Bisnis
Oleh Rihad pada hari Jumat, 12 Jun 2020 - 18:14:15 WIB
Bagikan Berita ini :

Studi: Masyarakat Lebih Cemas akan Kesulitan Ekonomi Dibandingkan Terpapar Corona

tscom_news_photo_1591960455.jpg
Ilustrasi Kemiskinan (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Riset oleh Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menemukan beberapa alasan mengapa kecemasan ekonomi justru melampaui kecemasan terpapar COVID-19.

Diantaranya karena tabungan masyarakat makin menipis. Makin lama berlakunya pembatasan sosial, ditutupnya aneka dunia usaha, semakin berkurang kemampuan ekonomi rumah tangga. "Pada saat kecemasan atas terpapar virus corona menurun, kecemasan atas kesulitan ekonomi meningkat," kata Peneliti LSI Denny J.A., Rully Akbar, ketika menyampaikan hasil riset lembaganya lewat video conference di Jakarta, Jumat (12/6).

Alasan lain, jumlah warga yang terkena kesulitan ekonomi jauh melampaui jumlah warga yang terpapar virus corona. Menaker melaporkan jumlah PHK ditambah yang dirumahkan hingga Juni 2020 mencapai 1,9 juta orang.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) melaporkan jumlah yang di PHK mencapai 7 juta orang. Hingga 11 Juni 2020, dari data Worldometer, yang terpapar virus corona di Indonesia sekitar 35.000 orang, sedangkan yang meninggal sekitar 2.000 orang.

"Jika dibandingkan yang terpapar virus ekonomi (PHK, dirumahkan) dengan yang terpapar virus corona, yaitu 7 juta berbanding 35.000. Dengan kata lain, yang terpapar virus ekonomi 200 kali lebih banyak dibandingkan yang terpapar virus corona. Wajar saja jika kecemasan atas kesulitan ekonomi memang lebih masif," kata Rully menerangkan.

Alasan kecemasan lainnya adalah grafik kesulitan ekonomi, diukur dari yang di-PHK, yang mengambil pesangon bertambah dari bulan ke bulan.

Grafik ini, kata Rully, ikut juga membuat kecemasan atas terpapar virus corona melemah, sementara kecemasan atas virus ekonomi meninggi.

Data Sekunder

Riset kali ini menganalisis data sekunder dari berbagai sumber dari dalam dan luar negeri. Antara lain, data Galup Poll (2020) yang merupakan lembaga survei opini publik berpusat di Amerika Serikat.

Kemudian, data dari VoxPopuli Center, lembaga opini publik Indonesia. Pada tanggal 26 Mei—1 Juni 2020, lembaga ini melakukan survei telepon atas 1.200 responden. Hasilnya 25,3 persen publik khawatir terpapar virus corona. Namun, lebih besar lagi, sekitar 67,4 persen publik khawatir akan kesulitan ekonomi atau bahkan kelaparan.

Ketiga, riset eksperimental yang dilakukan Denny J.A. dan Eriyanto (dosen UI) pada bulan Maret—Juni 2020. "Ini bukan survei opini publik, melainkan riset eksperimental untuk menggali lebih detail kekhawatiran responden," katanya menjelaskan.


tag: #orang-miskin  #corona  #covid-19  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Bisnis Lainnya
Bisnis

Inilah 10 Kesepakatan Awal dalam Negosiasi Dagang RI-AS Terkait Kenaikan Tarif

Oleh Achmad Faridz Ramadhan
pada hari Jumat, 18 Apr 2025
Sebagai respons cepat atas pemberlakuan tarif baru dari pemerintah Amerika Serikat, Indonesia langsung melakukan diplomasi intensif dengan pihak AS. Dalam kunjungan resmi ke Washington DC, perwakilan ...
Bisnis

Terungkap! Ini Besaran Tarif Ekspor RI yang Berlaku di AS Usai Kenaikan Pajak Trump

JAKARTA, TEROPONGSENAYAN.COM - Pemerintah Indonesia akhirnya mengungkap detail tarif baru yang dikenakan Amerika Serikat terhadap produk ekspor unggulan dari Tanah Air. Dalam negosiasi bilateral yang ...