Pertentangan antara Althusser dengan Edward Thompson mengenai peran penting ilmu sejarah dan sosiologi, sudah dipandang tidak penting lagi. Karena kedua ilmu itu sekarang tidak diminati.
Di Indonesia bahkan sejarah sebagai mata pelajaran di sekolah juga dianggap tidak penting, dihapus juga tidak ada yang memprotes.
Sebagai mana buruh pabrik memprotes undang - undang Omnibus Law.
Dulu ditahun saya remaja, pertikaian Althusser dan Edward Thompson yang menulis buku "The Making of the English Working Class". Merupakan sesuatu yang paling sengit dalam ingatan. Pertikaian menyoal mana yang paling berperan antara ilmu sosiologi dan sejarah. Thompson mengatakan bahwa sejarah adalah Ratu Ilmu Pengetahuan. Sementara Althusser mengatakan bahwa filsafat merupakan jalan terbaik untuk mengetahui, dan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat jauh lebih baik.
Pertikaian itu sudah tak teringat lagi karena ilmu-ilmu sosial tidak dipandang penting kehadirannya di dalam masyarakat kita. Sekarang masyarakat milenial lebih mengapresiasi pendekatan teknologi informasi. Ilmu sejarah dan sosiologi biarlah kelaut.
Padahal dulu angkatan 80-an banyak yang mengagumi Louis Althusser. Althusser adalah seorang Marxis, anggota seumur hidup Partai Komunis Perancis, pembela karya-karya Marx. Karya-karyanya, memungkinkan dia dan generasi selanjutnya mempertanyakan lebih jauh ekonomi dan masyarakat, ideologi, dan filsafat.
Pembahasan soal kaitan antara ekonomi dan masyarakat sebagai mana yang dinyatakan oleh Karl Mark bahwa ekonomi merupakan instansi determinan yang paling berpengaruh terhadap masyarakat, merupakan juga teori yang dibenarkan oleh Althusser.
Tidak heran kalau anak muda di era 80-an banyak yang mengagumi Louis Althusser. Althusserianisme mengkritik determinanasi ekonomi Marxian. Dan mempertanyakan jikalau ideologi adalah faktor yang meng- overdeterminasi, maka hakekat ekonomi sebagai determinan hanyalah semacam omong kosong. Suatu kenyataan lampau yang sudah basi dan tak banyak mengandung arti. Hal itu seperti yang ditulis oleh Peter Beilharz tentang Althusser.
Jadi sekarang kita tak perlu mempertentang ilmu sejarah dan sosiologi karena kedua ilmu itu sudah melebur di dalam ilmu sosial.
Sebuah ensiklopedia tentang teori-teori sosial yang tidak mencamtumkan John Maynard Keynes akan dianggap sembrono. Padahal kita tahu bahwa Keynes dikenal sebagai ekonom dunia. Bukan sosiolog, tapi ilmunya dekat dengan sosiologi. Itu artinya luasnya ilmu sosial yang kita tahu sekarang.
Sejarah sebagai ratu, sekarang diabaikan karena dipertanyakan fungsinya dalam masyarakat.
Kehadiran ilmu sebetulnya ingin mempermudah hidup manusia, tak perduli ilmu apapun. Kalau sejarah mau dihapus dalam mata pelajaran pastinya itu tidak membuat kita kemudian buta pada sejarah diri kita. Porsinya barangkali kebanyakan. Maka jangan keseringan bicara sejarah masa lalu, tataplah masa depan walau terlihat suram.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #