Oleh Rihad pada hari Minggu, 17 Jan 2021 - 06:11:30 WIB
Bagikan Berita ini :

Efikasi Sinovac 65,3 Persen, Apa Artinya? Inilah Penjelasan IDI

tscom_news_photo_1610838642.png
Menkes Budi Gunadi sedang divaksin (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Masih terdapat masyarakat yang ragu disuntik vaksin Sinovac. Sebab, berdasarkan uji klinis di Bandung, vaksin Sinovac memiliki efikasi atau tingkat kemanjuran 65,3%.

Berbeda dengan efikasi vaksin Sinovac di Turki yang mencapai 91,25%.

Banyak orang bingung, apa sebenarnya efikasi itu? Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M Faqih, meluruskan persepsi masyarakat soal efikasi ini.

"Dikira perhitungannya sederhana, berapa yang disuntik vaksin, berapa yang kena, berapa yang tidak kena. Kalau itu jadi dasar, maka tingkat perlindungannya (uji klinis Bandung) 96 persen lebih," lanjutnya.

Daeng meminta masyarakat tak khawatir terhadap vaksin Sinovac.

"Karena yang diambil yang perlu diketahui masyarakat itu sampel yang diambil di Bandung itu berisiko rendah. Jadi kalau di daerah yang cenderung penularannya rendah, tidak sebesar risiko tinggi, itu masih mampu mencegah 65 persen dari kemungkinan terinfeksi," pungkasnya.

Penjelasan Rinci

Daeng menegaskan angka efikasi bukan diambil dari pasien uji klinis yang sudah divaksin Sinovac, tetapi masih terjangkit corona. Sebab, sebanyak 1.600 relawan yang menjalani uji klinis di Bandung tak seluruhnya mendapat suntikan vaksin Sinovac.

"Ini mungkin yang masyarakat kurang memahami. Efikasi ini bukan membandingkan, bukan membandingkan pada kelompok yang divaksin saja, bukan, jadi bukan hanya membandingkan di kelompok vaksin, yang sudah divaksin berapa yang tertular, berapa yang tidak. Bukan seperti itu efikasi," kata Daeng dalam diskusi Smart FM, Sabtu (16/1).

"Kalau hanya membandingkan itu Indonesia tinggi sekali, karena dari kan di Indonesia itu yang diteliti 1.600 (relawan) itu dibagi 2 kelompok. Kelompok separuh dari 1.600 itu 800 yang disuntik vaksin. 800 yang tidak disuntik vaksin, disuntik plasebo (obat kosong -red) itu namanya," sambungnya.

Daeng menyebut dari 800 relawan yang divaksin Sinovac, hanya 26 orang yang terjangkit corona atau 3,25%. Sementara dari 800 relawan yang disuntik plasebo, ada 75 orang terpapar corona atau 9,4%.

Dari situlah, ia menilai relawan uji klinis yang terpapar corona meski tak divaksin masih tergolong rendah, yakni hanya 75 orang. Penyebabnya, kata Daeng, uji klinis di Bandung dilakukan terhadap objek yang tak rentan yakni masyarakat biasa. Beda hasilnya bila relawan yang menjalani uji klinis rentan tertular seperti tenaga kesehatan.

Sehingga Daeng menyebut angka efikasi diperoleh dengan menggabungkan jumlah relawan penerima vaksin dan relawan penerima plasebo yang terpapar corona. Berikut penghitungannya: (0,094–0,0325)/0,094 x 100 persen = 65,3 persen.

"Efikasi itu mengambil angka perbandingan antara kelompok yang disuntik dengan vaksin dan disuntik dengan plasebo. Berapa persen yang disuntik plasebo itu terinfeksi dan berapa persen yang disuntik vaksin yang terinfeksi, kemudian dikurangkan. Itulah hasilnya kemudian muncul angka 65,3 persen," kata dia.

"Efikasi itu tergantung tingginya angka infeksi pada kelompok plasebo dan rendahnya infeksi pada kelompok yang disuntik vaksin. Semakin tinggi tingkat infeksi kepada yang disuntik plasebo, efikasinya semakin tinggi. Karena pengurangan antara yang terinfeksi di plasebo dengan terinfeksi dengan vaksin," sambungnya.

Ia pun merincikan mengapa efikasi vaksin Sinovac di Turki bisa tinggi mencapai 91 persen. Sebab, relawan uji klinis di Turki seluruhnya tenaga kesehatan yang memiliki risiko tinggi tertular. "Kalau Turki itu kelompok yang diuji itu berisiko tinggi, perawat, jadi kemungkinan tertularnya juga tinggi. Karena itu tinggi. maka kemudian efikasinya juga akan cukup besar. Ini yang tidak dimengerti masyarakat," ucap Daeng.

tag: #covid-19  #vaksin  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement