Opini
Oleh Didi Irawadi Syamsuddin, S.H.,LL. M pada hari Kamis, 22 Agu 2024 - 18:44:13 WIB
Bagikan Berita ini :

Mari Kita Tegak Lurus Pada Konstitusi, Batalkan RUU Pilkada yang hendak Disahkan di Paripurna DPR

tscom_news_photo_1724327053.jpg
Didi Irawadi Syamsuddin Politikus Partai Demokrat (Sumber foto : Istimewa)

Sebagai mantan anggota Badan Legislasi (Baleg) & sebagai warga negara adalah hak konstitusi saya untuk menyikapi hasil keputusan Baleg, yang untungnya hari ini tertunda disahkan oleh Rapat Paripurna DPR.

RUU Pilkada yang telah dibahas di Badan Legislasi (Baleg) dalam waktu yang sangat singkat & tanpa melibatkan partisipasi publik, wajarlah jika menuai penolakan mulai dari para akademisi, civil society, mahasiswa hingga masyarakat luas.

Berikut adalah beberapa hal yg patut dikritisi terkait RUU Pilkada yang telah dibahas di Baleg.

1. Dugaan adanya Potensi Kepentingan Politik
- Ada kekhawatiran bahwa RUU ini mungkin didorong oleh kepentingan politik pihak tertentu, politik yang ingin memanfaatkan aturan baru untuk keuntungan politik mereka, seperti mengubah mekanisme pemilihan untuk memperkuat posisi mereka.

2. Proses Pembuatan RUU.
- Kurangnya Keterlibatan Publik.
RUU yang dibahas di Baleg dianggap tidak melibatkan partisipasi publik secara cukup, yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan masyarakat dan kekhawatiran bahwa undang-undang tersebut tidak mencerminkan kebutuhan atau aspirasi masyarakat luas.

- Tata Kelola yang Buruk.
Proses legislasi yang tidak transparan atau terlalu cepat dapat mengabaikan masukan dari berbagai stakeholder, seperti pemilih, calon kepala daerah, dan LSM, yang mungkin memiliki pandangan penting mengenai aturan pemilihan.

3. Potensi Konflik dan Ketidakpastian

- Penurunan Kualitas Demokrasi.
Beberapa pihak khawatir bahwa perubahan dalam RUU bisa berdampak negatif pada kualitas demokrasi lokal, dengan membuat pemilihan kurang representatif atau lebih rentan terhadap manipulasi politik.

- Ketidakpastian Hukum.
Perubahan yang tiba-tiba dalam aturan pemilihan dapat menyebabkan ketidakpastian hukum dan administrasi, yang bisa mengganggu pelaksanaan pemilihan dan menyebabkan sengketa hukum.

Oleh karenanya, segera DPR berbenah dan mengambil sikap yg bijak. Demi kepentingan rakyat tidak ada istilah terlambat.

Lebih terhormat DPR membatalkannya di Paripurna, atau setidaknya tidak mengesahkannya, ketimbang mengesahkan RUU yg cacat hukum & cacat proses legislasi.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
HUT R1 2025 AHMAD NAJIB
advertisement
HUT RI 2025 M HEKAL
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 2025 SOKSI
advertisement
Opini Lainnya
Opini

KPU HARUS DIPECAT

Oleh Radhar Tribaskoro
pada hari Selasa, 16 Sep 2025
TEROPONGSENAYAN.COM - Kita tahu, demokrasi tak selalu tumbuh karena niat baik, tapi juga karena kewajiban hukum. Ia hidup bukan karena kesantunan pejabat, melainkan karena rakyat menuntut ...
Opini

Segera Sapu Bersih Geng Solo, atau Prabowo yang Digusur

TEROPONGSENAYAN.COM - Reshuffle pada 8 September 2025 bukan ujug-ujug, apalagi acak. Kita harus membacanya dengan jeli dan teliti. Ia isa disebut sebagai babak baru Presiden Prabowo. Maksudnya ...