Jakarta, 4 Mei 2025, TEROPONGSENAYAN.COM - Pada usianya yang ke-75, Hariman Siregar tak berhenti merajut harapan. Pagi ini, ia menutup secara resmi Sekolah Kader untuk Aktivitas Demokrasi (SKUAD) Angkatan Pertama dan menyerahkan sertifikat kelulusan kepada 30 kader muda. Momentum ini bukan sekadar seremoni. Ia adalah pernyataan sikap: bahwa demokrasi tidak boleh hanya diucapkan, ia harus diperjuangkan, diajarkan, dan diwariskan.
Acara ini berlangsung hangat dan penuh semangat, dihadiri oleh tokoh-tokoh pejuang demokrasi seperti Bursah Zarnubi, Chudri Sitompul, dan Beathor Suryadi, yang telah lama mendampingi Hariman dalam berbagai gelanggang perjuangan sejak era Orde Baru hingga kini.
Demokrasi, Menurut Hariman
Dalam sambutannya yang penuh refleksi, Hariman menegaskan kembali fondasi demokrasi yang sejati.
> “Demokrasi itu tegaknya hukum, kekuasaan tunduk dan dibatasi oleh aturan. Berbeda pendapat boleh, tapi tanpa kekerasan. Demokrasi hanya bisa tumbuh jika diimbangi oleh kuatnya masyarakat sipil dan media pers yang sehat. Serta, partai politik yang mampu mengartikulasikan dan mengagregasikan kehendak masyarakat.”
Bagi Hariman, demokrasi bukan hanya sistem politik. Ia adalah ekosistem sosial yang harus dijaga dengan kesadaran etis dan partisipasi publik yang aktif. Tanpa penegakan hukum yang adil, tanpa media yang independen, tanpa masyarakat sipil yang kritis, dan tanpa partai politik yang benar-benar menjadi jembatan rakyat, demokrasi akan menjadi panggung kosong.
Dapur Kaderisasi untuk Gerakan Baru
SKUAD dirancang sebagai ruang dapur bagi lahirnya kader-kader muda yang berpikir strategis, bersikap jernih, dan berani menyuarakan kebenaran. Selama beberapa bulan, peserta mendapat materi intensif tentang prinsip-prinsip demokrasi, sejarah gerakan rakyat, etika kepemimpinan, serta komunikasi publik dan advokasi.
Yang paling esensial, mereka menyerap keteladanan Hariman secara langsung: kesederhanaannya, konsistensinya, dan keengganannya untuk tunduk pada pragmatisme politik.
> “Hariman mengajarkan kami bahwa menjadi kader bukan soal posisi, tapi soal sikap hidup,” ujar salah satu peserta SKUAD dalam testimoni yang menyentuh.
Kelahiran Gerakan, Bukan Akhir Sekolah
Bagi Hariman dan para tokoh senior yang hadir, penutupan SKUAD ini adalah awal dari kelahiran simpul-simpul baru demokrasi di akar rumput. Para lulusan akan disebar ke berbagai daerah, menjadi agen perubahan yang mampu menyuarakan suara rakyat secara bermartabat dan konstitusional.
Dalam suasana reflektif, Beathor Suryadi menyebut SKUAD sebagai “sekolah nurani”, tempat di mana akal sehat dan tanggung jawab sejarah diasah bersama. Bursah Zarnubi menambahkan bahwa kaderisasi seperti ini adalah langkah konkret untuk memperkuat sendi-sendi demokrasi dari bawah.
Warisan Hariman: Demokrasi Bukan Warisan Elite, Tapi Tanggung Jawab Kolektif
Dalam era ketika demokrasi kerap dipersempit menjadi sekadar kontestasi kekuasaan, Hariman Siregar justru kembali menegaskan makna sejatinya: demokrasi adalah ruang hidup bersama yang adil, terbuka, dan beradab. Ia hanya akan tumbuh jika rakyat, media, hukum, dan politik berjalan seiring dalam semangat pengabdian, bukan dominasi.
Melalui SKUAD, Hariman tidak hanya menanam kader. Ia menanam harapan. Ia memberi arah. Dan yang paling penting, ia meninggalkan warisan: bahwa demokrasi sejati dibangun oleh warga negara yang berani berpikir dan bertindak dengan hati nurani.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #