Bisnis
Oleh Sahlan Ake pada hari Selasa, 09 Feb 2016 - 16:32:29 WIB
Bagikan Berita ini :

Ekonomi Terus Anjlok, Anggota Komisi XI Peringatkan Pemerintah

17donny-priambodo.jpg
Donny Priambodo (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ekonomi Indonesia pada semester pertama tahun 2016 ini masih dibayangi perlambatan ekonomi dunia. Tahun sebelumnya, akibat hal serupa, Bank Indonesia harus merevisi target pertumbuhan ekonominya dari 5,2% menjadi 4,6%.

Anggota Komisi XI Donny Priambodo berpendapat, tahun 2016 ini kondisi perekonomian dalam negeri akan mengalami tekanan yang luar biasa karena ketergantungan terhadap negara lain, seperti Tiongkok, yang sangat besar.

Di samping itu, perlambatan ini merupakan dampak gejolak ekonomi global yang belum tuntas dari tahun sebelumnya. Apalagi kabar suku bunga The Fed (Bank Sentral Amerika) yang akan dinaikan secara bertahap, dipastikan akan direspon dengan sangat hati-hati oleh pelaku ekonomi.

“Kalau ekonomi Cina belum pulih dan masih mengalami perlambatan maka kecil kemungkinan juga keadaan ekonomi nasional bisa beranjak. Tapi pertumbuhan 4,6% masih oke lah,” tuturnya di kompleks DPR/MPR, Selasa (9/2/2016).

Tiongkok, tandasnya, telah melakukan hal yang ekstrim untuk tetap menjaga stabilitas ekspornya, yakni memangkas nilai mata uangnya terhadap dolar. Langkah ini diambil untuk menciptakan harga yang kompetitif di pasar internasional. Dengan begitu, mereka tetap menikmati derasnya arus ekspor meski negara tujuan mengalami stagnasi pertumbuhan ekonomi.

“Indonesia tidak harus seperti Cina, tapi setidaknya harus juga melakukan tindakan yang cepat untuk antisipasi dari perlambatan yang terus berlangsung di tahun 2016 ini,” ungkapnya.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang tengah santer di media, menurut politisi asal Jawa Timur ini merupakan dampak lain yang ditimbulkan oleh perlambatan ekonomi Indonesia. Perusahaan melakukan langkah efisiensi untuk menghindari kerugian yang semakin memburuk.

Donny mendesak pemerintah membuka lebar setiap investasi yang hendak masuk ke Indonesia. Syaratnya, pemerintah harus mengevaluasi keberadaan Daftar Negatif Investasi (DNI) serta memberikan kemudahan dalam hal perizinan. Dengan evaluasi tersebut, akan terlihat sektor mana saja yang dibuka dan ditutup sehingga investor tertarik di dalamnya.

“Diharapkan, sektor itu padat karya. Karena itu membutuhkan banyak SDM sehingga bisa membantu masyarakat kita. Sehingga dengan kondisi seperti saat ini investasi yang masuk betul-betul tepat sasaran,” imbuh Donny.

Sektor energi dan infrastuktur merupakan sektor yang perlu dimaksimalkan. Dalam penilaiannya, sektor dinilai bersifat padat karya sehingga memberikan peluang besar bagi penyerapan tenaga kerja.

“Dengan adanya program power plant 36.000 megawatt saja, kalau betul itu, segera dilaksanakan maka sangat membantu karena itu bentuknya padat karya. Begitu juga proyek dalam sektor infrastruktur perlu juga diperbesar, karena ini sama merupakan proyek padat karya yang membutuhkan banyak tenaga kerja,” tutupnya.(yn)

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Bisnis Lainnya
Bisnis

OJK Gandeng AO PNM dalam Program SICANTIKS untuk Perkuat Literasi Keuangan Syariah

Oleh Sahlan Ake
pada hari Minggu, 18 Mei 2025
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong peningkatan literasi keuangan syariah bagi pengusaha mikro, khususnya perempuan prasejahtera, melalui program Sahabat Ibu ...
Bisnis

Gak Perlu Antre, Klaim JHT Rp15 Juta Kini Bisa di JMO!

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Kabar gembira bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan yang telah memenuhi syarat untuk melakukan klaim Jaminan Hari Tua (JHT). Mulai bulan Mei 2025, peserta BPJS Ketenagakerjaan ...