TAWAU (TEROPONGSENAYAN) - Remaja wanita korban "trafficking" (perdagangan manusia) berusia 19 tahun mengaku dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial (PSK) di Tawau, Negeri Sabah, Malaysia. Kondisinya sangat memprihatinkan, karena sembilan bulan tanpa mendapatkan bayaran.
"Saya melayani lelaki di Hotel Kota Kinabalu (Tawau) selama sembilan bulan tanpa diberi uang," aku Rahmah Azarine Fathina Shalihah, korban perdagangan orang di Kantor Konsulat RI Tawau, Kamis (3/3/2016).
Ia menceritakan perjalanan dirinya hingga dipekerjakan sebagai PSK di Malaysia. Awalnya ia dijanjikan menjadi pembantu rumah tangga (PRT) oleh Lastri yang bertemu di Terminal Purabaya Bungurasih Kota Surabaya, Jatim saat meninggalkan rumah kedua orangtuanya di Desa Tunggoro Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang, Jatim.
Setelah ditampung selama tiga hari di salah satu penampungan di Kota Surabaya bersama sejumlah wanita, ia dijemput oleh seorang wanita bernama Surya menuju Kota Tarakan, Kalimantan Utara menggunakan pesawat terbang.
Sebelum meninggalkan Kota Surabaya, Ibu Lastri dengan Ibu Surya yang mengaku berdomisili di Tawau (Malaysia) telah terjadi kesepakatan dengan memberikan imbalan (dijual) sebesar Rp4,5 juta.
Setibanya di Kota Tarakan, esok harinya langsung menuju Kabupaten Nunukan dan diseberangkan menuju Tawau secara ilegal tanpa menggunakan paspor melalui Pulau Sebatik.
Namun ketika berada di Tawau, korban yang mengenakan hijab ini mengaku tidak diperkejakan sebagai PRT sebagaimana yang dijanjikan sebelumnya tetapi dipaksa melayani lelaki hidung belang tanpa imbalan.
Akhirnya 23 Pebruari 2016, berhasil melarikan diri melalui pintu belakang Hotel Kota Kinabalu (Tawau) pada tengah malam dan ditemukan seorang sopir taksi pada salah satu pompa bensin negara itu.
"Saya berhasil melarikan diri melalui pintu belakang hotel (Kota Kinabalu) yang masih terbuka setelah melayani lelaki malam itu. Setibanya di jalanan tepatnya di pompa bensin tak jauh dari hotel itu bertemu sopir taksi yang mengantarkan ke sini (Konsulat RI Tawau)," ujar Rahmah Azarine Fathina Shalihah yang mengaku tamat Madrasah Tsanawiyah Jombang itu. (iy)