Berita
Oleh Ferdiansyah pada hari Minggu, 12 Feb 2017 - 15:08:03 WIB
Bagikan Berita ini :
Kembali Berulah

Ahok Bilang Memilih Berdasarkan Agama Melawan Konstitusi

79ahok-geram.jpg
Basuki Tjahaja Purnama (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pernyataan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali menimbulkan kontroversi. Dia menyebut bahwa jika seseorang memilih berdasarkan agama, maka hal itu melanggar konstitusi RI.

Hal itu disampaikan Ahok pada pidatonya saat serah terima jabatan dengan pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Sumarsono di Balai Kota, Jakarta, Sabtu (11/2/2017).

"Anda melawan konstitusi di NKRI jika memilih berdasarkan agama," ucap Ahok.

Berikut pidato lengkap Ahok:

Assalamu'alaikum, selamat sore semua.

Saya hanya bisa sampaikan terima kasih banyak. Kalau singkatan plt itu dulu begini waktu saya gantiin Pak Jokowi, 'Pembantu Lumah Tangga' saya bilang ke Pak Jokowi. Karena ya saya sendiri ngomong R-nya susah. Kalau ini sekarang asli pelaksana tugas. Saya lalu khawatir masalah bantar gebang kami off ada gesekan, memang kita punya tradisi ke depan makin kurangin. 2015 awal kita potong dua ribuan, jadi saya kira berjalan dengan baik isunya macam-macam, diskusi kok dengan Pak Djarot. Jangan ngindarin over disposisi yang banyak yah. Dulu saya tiap pulang bawa satu koper dua atau tiga. Saya terima kasih dengan Plt termasuk soal kebersihan, saya juga sampaikan hal paling penting birokrat itu harus profesional dan yang penting harus netral.

Soal bapak ibu punya hak pilih, tentu. Tapi saya tidak ingin bapak ibu memilih orang hanya karena masalah jabatan. Karena berdasarkan undang-undang ASN (Aparatur Sipil Negara) yang enggak baik akan kepotong. Orang banyak yang tanya ke saya kenapa pegawai yang distafkan malah balik ke struktur? Saya bilang enggak apa-apa kalau memang diputuskan harus balik, toh nanti sistem kita yang akan membalikan atau menstafkan dia kembali. Kami tentu bekerja dengan baik sampai Oktober. Kita terpilih pun dilantiknya Oktober. Kita akan bereskan tentu dengan sistem yang baik. Kita akan lebih banyak diskusi dengan Pak Dirjen Otda soal ini. Orang pikir saya musuhan, kata siapa? Enggak kok, kita hubungan baik. Kalau kerjanya enggak bagus, toh nanti kami enggak bisa ganti. Jangan salah, nanti kami bisa bikin surat kepada Dirjen Otda, kalau harus diganti ya diganti langsung.

Kami yakinlah sistem kita makin lama akan makin baik. Makanya saya kan pernah (bilang) jangan main politik, apalagi birokrat bermain SARA. Karena kita disumpah di bawah Pancasila dan Undang-undang Dasar kita di konstitusi. Saya katakan setiap orang yang mau melayani masyarakat dia harus mau bersikap berdasarkan apapun sesuai konstitusi. Seperti kami politisi yang diawasi, dinilai masyarakat begitu banyak. Oleh karena itu, kita mau bikin sebuah sistem.

Di DKI ini banyak loh yang kerjanya luar biasa seperti contohnya Ibu PKK, mereka ini kerjanya luar biasa loh. Mereka telah mendata sekitar 600.000-an rumah tangga. Kita bicara ibu-ibu, Bank DKI, ini ibu-ibu PKK dapat kelihatan mana yang rajin mana yang enggak. Kita tahu karena tinggal baca laporan aplikasi kok. Saya bisa tahu persis misalnya ada orang tua yang sakit segala macam, tinggal pencet aja keluar semuanya yang saya butuhin datanya. Saya kira sistem ini yang kita mau bangun, fungsi ini yang mau kita bangun sehingga nanti tidak ada penilaian didasarkan pada Anda tidak suka dengan saya saya tidak suka dengan anda. Kalau kerja anda bagus saya suka suka aja kok, jadi kenapa harus pusing.

Saya selalu singkat (pegang) jabatan, DPRD 7 bulan, bupati 16 bulan, DPR RI 2,5 tahun lumayan wagub 2 tahun, gubernur enggak tahu nih belum pernah ngerasain jadi gubernur, kemarin kan saya cuma menggantikan saja. Tapi jangan khawatir, aku enggak mau mencalonkan diri jadi presiden jangan khawatir, yang bikin khawatir pas debat itu sebetulnya ini gara-gara Mas Djarot.

Jadi kami ini berbagi untuk menjawab, jangan saya menjawab melulu karena kalau Ahok banyak ngomong banyak salahnya. Makanya sekarang saya ubah jadi Basuki gitu kan, bukan Ahok lagi. Saya sudah coba lemah lembut, jadi yang kasar sekarang malah Mas Djarot. Saya sudah bagi sama Mas Djarot, kalau closing statement Mas Djarot aja ya, dan ternyata pertanyaannya closing statemennya apakah saudara akan mencalonkan jadi presiden atau enggak. Waduh saya bingung saya sudah nyuruh Mas Djarot lagi, jadi berebutan mau ngomong saat itu. Takutnya nanti kan dikira saya enggak mau jawab masalah itu jadi salah paham kan nantinya.

Makanya pada kesempatan kali ini saya mau klarifikasi. Enggak, saya enggak mau jadi calon presiden. Jadi jangan khawatir ya. Jadi jangan isu-isu lagi soal ASN, karena saya sendiri terlibat dalam pembuatan undang-undang ASN. Karena saya tahu persis nanti ke depan pemerintah akan terima PNS begitu juga dengan pegawai kontrak, saya mengerti di kemendagri terjadi gesekan soal ini.

Saya berterima kasih juga kepada eselon 1 sampai 4, Jakarta betul-betul dijaga dengan baik. Dulu saya hujan deg-degan enggak berani tidur, sekarang kalau hujan saya bisa tidur lagi. Karena itu kami memang concern membangun sebuah sistem yang baik. Saya katakan jangan selalu berpikiran saya harus pilih yang seagama se-ras, karena itu melawan konstitusi. Konstitusi kita jelas tidak seperti itu. Makanya saya suka pakai istilah pelayan, karena apa? Karena gubernur bukan penguasa, kita semua melaksanakan undang-undang yang dibuat berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah kesepakatan kita dasar negara kita.

Jadi siapapun jadi pejabat pasti dia harus taat pada konstitusi, siapa yang melawan konstitusi berarti melawan Tuhan Yang Maha Esa, pasti itu. Karena konstitusi kita didasarkan pada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi birokrat harus paham mengenai hal ini. Saya rasa hari Senin mungkin Pak Djarot yang pimpin rapim (rapat pimpinan), karena saya masih akan disidang lagi. Enggak apa-apa ini jadi pelajaran yang sangat baik buat saya, manusia memang harus selalu belajar. Yang penting kita jangan pernah patah semangat.

Jadi Selasa kita kerja seperti biasa, Rabu tentu libur nasional karena ada pemilihan. Kita harapkan tentu semua orang dapat menggunakan hak suaranya, mau pilih yang mana terserah bapak ibu, yang penting jangan karena pilkada masa depan Jakarta jadi enggak bener. Kita semua punya nurani, bapak ibu tahu persis mau pilih siapa, bapak ibu tahu persis kenapa harus pilih A pilih B pilih C. Jadi karena kalau berdasarkan agama, bapak ibu menjatuhkan pilihannya ya enggak apa-apa saya enggak mau berdebat soal itu. Karena soal itu saya disidang. Tapi dapat saya katakan, jika begitu, Anda melawan konstitusi di NKRI jika milih orang berdasarkan agama.(yn)

tag: #ahok  #penistaan-agama  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement