KINABALU (TEROPONGSENAYAN)-- Semua orang adalah sastrawan. Sastrawan adalah orang yang hatinya lembut dan menyukai keindahan. Demikian Datuk Hajah Jainab Datuk Sri Panglima Haji Ahmad Ayid, Menteri Pembangunan Masyarakat dan Hal Ehwal Pengguna Sabah mengawali sambutannya pada Temu Sastrawan Asia Tenggara ke VI 2017 di Kampus Institut Pendidikan Guru (IPGI) Ken Tuaran, Sabah, Rabu (5/4/2017).
"Saya juga, meski tidak menulis buku puisi, berarti sastrawan. Saya berterimakasih atas definisi sastrawan dari Denny JA dari Indonesia sehingga saya pun sebagai orang biasa diakui sebagai sastrawan," lanjut Datuk Hajah Jainab.
Bagi saya, kata Datuk Jainab, festival ini sangat penting untuk menyebarluaskan sastra dan kepenulisan, bukan hanya di Sabah tapi juga di ASEAN. Festival ini diramaikan tarian melayu oleh mahasiswa IPGI, nyanyian klasik Melayu oleh Cik Zulkufli dari Brunai, dan musikalisasi puisi Denny JA oleh gitaris Jodi Yudhono dari Indonesia.
Sebelum hari ini dibuka, Selasa siang (4/4/2017) diramaikan pembacaan puisi oleh para sastrawan Indonesia dan Malaysia. Acara festival sastra hari ini khusus membahas proses kreatif penulisan puisi, cerpen, dan novel oleh sejumlah satrawan dua negeri tersebut.
Peserta dari Indonesia antara lain penyair Jamal D Rakhman, Bambang Widiatmoko, Handry TM, Jodi Yudono, Narudin Pituin, Fanny Jonathan, dan Fatin Hamama. Sedang penyair Sabah hadir Nim Yorza, Karim, Titi Rahma, Jasni, Hasyuda Abadi, IM Fikri, dan Aisyah Mad Saad.
Dalam pidato sambutannya, Presiden Dewan Bahasa dan Sasrtra Sabah, Jasni Matlani menyatakan festival ini diselenggarakan tiap tahun dalam rangka menyebarluaskan dunia sastra di Malaysia. Sastra Malaysia, menurut Jasni, mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan sastra Indonesia.
"Kami di Malaysia sangat msnghargai tokoh tokoh sastrawan Indonesia seperti Hamzah Fansuri, Chairil Anwar, Habibur Rahman, dan lain lain. Kami para sastrawan di Malaysia bersatu untuk untuk mengembangkan sastra tanpa memandang aliansi politik dan kelompok, " kata Jasni.
Hal ini, menurut dia, karena sastra sangat penting untuk melestarikan kebudayaan bangsa. Tanpa sastra, apa jadinya bangsa ini, tambahnya.
Itulah sebabnya, menurut dia, saat ada usulan untuk mengapresiasi puisi puisi karya Denny JA pada festival, sebagai Presiden Bahasa dan Sastra Malaysia dia setuju sekali. "Saya tahu ada kontroversi soal Denny di Indonesia. Bahkan ada sastrawan yang SMS saya akan memboikot festival jika memberikan tempat pada karya Denny. Tapi saya tidak terpengaruh pada ancaman itu karena yang kami apresiasi adalah karya Denny. Dan saya sudah membacanya," ujar Jasni.
Dia mengakui puisi-puisi karya Denny, menurut Jasni nagus sekali. Pada acara tersebut, menurut Fatin Hamama, Denny tidak bisa hadir di Kinabalu karena ibunya sakit dan kritis.(ris)