JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Tuduhan dan fitnah yang dialamatkan kepada Wapres Jusuf Kalla (JK) mendapat kecaman dari banyak pihak.
Setelah tokoh-tokoh asal Makasar, Sulawesi Selatan bereaksi, kali ini giliran Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) DKI Jakarta.
"Atas tudingan dan fitnah Ahoker, KAHMI Jaya menyatakan bahwa pernyataan para pendukung Ahok tidak berdasarkan data dan fakta alias fiksi dan halunisasi. Tudingan mereka jelas fitnah dan sangat provokatif," kata Ketua KAHMI Jaya, Mohamad Taufik, Jakarta, Jumat (19/5/2017).
Menurutnya, Ahoker berupaya membangun framing media dan opini negatif kepada publik seolah-olah kondisi sosial politik sekarang diciptakan dan didalangi oleh JK dengan jejaring Alumni HMI dan KAHMI.
"Adalah sangat menyederhanakan persoalan seakan kemenangan Paslon Anies-Sandi dengan perolehan sekitar 58 persen suara pemilih karena semata-mata faktor Pak JK," katanya.
Atas dasar itu, kata dia, KAHMI Jaya menyatakan sikap, pertama mengecam pernyataan dan opini negatif kepada Wapres JK yang dibangun oleh para pendukung Ahok.
Kedua, mengecam motif dan sikap para pendukung Ahok ini yang mengkambinghitamkan Wapres JK sebagai faktor kekalahan Paslon Ahok-Djarot. Padahal kekalahan Paslon Ahok-Djarot pada prinsipnya karena kelemahan dari kelompok pendukung Paslon Ahok-Djarot itu sendiri.
Ketiga, menuntut agar para pelaku pembentukan opini negatif dan fitnah terhadap Wapres JK menyatakan permintaan maaf secara tertulis kepada publik melalui minimal tiga media massa cetak nasional.
Keempat, jika para pelaku dimaksud tidak melaksanakan tuntutan pada butir 3 di atas, maka kami akan menempuh jalur hukum.
Kelima, menginstrusikan kepada segenap anggota KAHMI wilayah DKI Jaya agar dapat menahan diri, sambil menunggu perkembangan.
Untuk diketahui, dalam catatan KAHMI Jaya, setidaknya ada lima pihak yang telah memfitnah JK dan jaringan HMI.
Pertama, adalah Silvester Matutina saat berorasi di Mako Brimob, Depok. Pria ini menuduh JK sebagai pemecah belah persatuan dan aktor yang membuat negara Indonesia terpuruk.
Langkah Jusuf Kalla yang mendukung Paslon Anies-Sandi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 dituding sebagai pengkhianatan dan melawan sikap politik Presiden Jokowi.
Kedua, Mulyono Hadisubroto yang mengaku sebagai Koordinator Brigade Jokowi. Dalam pernyataannya menyebut, JK dengan jaringan HMI membuat intrik politik di lingkungan pemerintahan.
Jaringan HMI, organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia, yang membesarkan JK disebut bisa menggembosi Jokowi di Pilpres 2019.
Kata Mulyono, lebih baik JK mengundurkan diri dari Wapres. Jaringan HMI JK bermain dalam memfitnah Ahok dalam tudingan menista agama. Pemerintah Jokowi diminta mewaspadai jaringan HMI JK karena bisa jadi akan menelikung di tengah jalan.
"HMI ini punya operator di pemerintahan dan lapangan serta membuat isu-isu yang bisa menyudutkan Presiden Jokowi," katanya.
Pihak ketiga, Hasanudin Abdurakhman. Alumni UGM Jogja inimenuduh JK sebagai dalang kerusuhan SARA yang terjadi di Makassar puluhan tahun silam. Dalan Akun facebooknya, dia menulis bahwa JK telah memprovokasi massa Islam untuk menyerang umat Kristiani dan membakar sejumlah fasilitas gereja.
Pihak keempat, anggota DPR RI dari PDIP Adian Napitupulu. Dalam acara Refleksi Gerakan Mahasiswa 98 Melawan Kebangkitan Orde Baru di TIM, Cikini, menyebut Wapres JK seperti duri dalam pemerintahan. Dengan nada ancaman, meminta kepada JK agar jangan coba2 mengkhianati Presiden Jokowi.
Kelima, akun Twitter@LaskarCikeas. Dia pun menuding Wapres JK menggelar pertemuan dengan sejumlah pihak diduga untuk mengatur vonis terhadap Ahok. (icl)