JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Partai Golkar beserta organisasi sayapnya bisa mengambil peran untuk mencegah terjadinya peperangan asimetris. Langkah itu dinilai sebagai bentuk bela negara.
Demikian disampaikan Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran Bandung Muradi dalam acara Pengajian Kebangsaan serta diskusi bersama ‘Menangkal Perang Asimetris dan Upaya Penguatan Ideologi Pancasila’ yang digelar Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) di Jakarta, Senin (24/7/2017).
"Kesiapan kita sebagai negara, kita sebagai personal sebagai bagian dari peperangan asimetris. Nah ini bisa dilakukan oleh AMPG dan Partai Golkar," ucapnya
Ia juga menilai, peperangan asimetris terdapat empat macam yaitu terorisme, separatisme, peperangan siber dan peperangan proxy.
"Langkah-langkah negara dalam menanggulangi peperangan asimetris sudah dilakukan dengan cara membuat undang-undang yaitu Undang Undang ITE, UU anti teror, dan UU makar. Kemudian efektifitas innstitusi terkait, penguatan koordianasi, pelibatan publik yang ini menjadi penting, peningkatan kewaspadaan publik dan kerjasama dengan negara lain," ucapnya.
Sementara anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi mengingatkan bangsa Indonesia untuk mewaspadai perang asimetris.
Sebab menurut dia, perang tersebut terjadi tidak menggunakan senjata fisik, melainkan melalui ide-ide untuk menjatuhkan lawan dengan menggunakan strategi modern. Di mana, salah satu pihak bisa hanya terdiri dari satu orang yang bahkan berada jauh dari wilayah sengketa.
"Indonesia adalah korban perang asimetris sehingga perlu adanya kebijakan-kebijakan yang fokus untuk menanggulangi hal tersebut," katanya dilokasi yang sama.
Menurutnya, perang sosial media adalah bahan bakar pertama untuk melakukan perang asimetris.
"Empat pilar Pancasila dapat menjadi benteng untuk menekan perang asimetris. Dan Partai Golkar sebagai penjaga Pancasila," tandasnya.(yn)