JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Semua orang memiliki risiko terkena penyakit diabetes. Namun, faktanya risiko wanita lebih tinggi mengidap penyakit yang disebut-sebut sebagai silent killer itu. Mengapa demikian?

"Mengapa wanita lebih banyak? Karena ada faktor perempuan cenderung malas bergerak, tidak menghabiskan karbohidrat dan glukosa untuk aktivitas fisik," ujar dokter spesialis endokrin Roy Panusunan Sibarani, SpPD-KEMD, dalam media gathering 'Woman and Diabetes - Our Right to a Healthy Future', di Kantor Novo Nordisk, Pondok Indah Office Tower 3, Jakarta Selatan, Senin (20/11/2017).

Lebih lanjut, Roy menjelaskan bahwa faktor yang memengaruhi wanita lebih banyak mengalami diabetes, yakni karena resistansi insulin (insulin resistance). Di mana wanita yang hamil jadi menderita diabetes lantaran resistansi insulinnya bertambah.

"Wanita lebih ditonjolkan dibandingkan pria karena wanita punya komponen resistansi yang meningkat kalau hamil. Sementara, pria tidak merasakan hamil, jadi tidak ada peningkatan resistansi insulin. Resistansi adalah cikal bakal sakit metabolik apa itu hipertensi gula," papar Roy.

"Resistansi insulin saya ibaratkan sebagai nenek sihir yang timbul atau terjadi karena banyak makan, terlalu gemuk, dan kurang olahraga. Yang kesemuanya itu melibatkan zat yang dinamakan IMPK tidak bekerja. Dan saat hamil, ternyata resistansi insulin timbul sehingga IMPK tidak keluar padahal IMPK yang menyebabkan insulin bekerja lebih baik. Itu faktor yang menyebabkan wanita lebih rentan terkena diabetes secara internal," terangnya.

Kendati demikian, wanita yang hamil dan mengalami diabetes tidak sepenuhnya melahirkan anak yang menderita diabetes pula. Hal tersebut bergantung pada pola hidup sang ibu.

"Anak yang lahir tergantung ibunya. Kalau ibunya melakukan pola hidup yang baik maka anaknya akan normal. Tidak semua ibu hamil yang terkena diabetes akan memiliki anak diabetes, tergantung gaya hidupnya," tutup Roy. (aim)