Opini
Oleh Ichsanuddin Noorsy (Pengamat Ekonomi) pada hari Jumat, 14 Sep 2018 - 18:51:10 WIB
Bagikan Berita ini :

Ada Ancaman Pengangguran Setelah Gempuran Ekonomi Eksternal

3IchsanuddinNoorsy-tscom.jpg.jpg
Ichsanuddin Noorsy (Sumber foto : Istimewa)

Situasi VUCA (volatile, uncertainties, complex, and ambigue) dihadapi dengan tiga cara. Pertama memahami dan merumuskan secara stuktural masalah yang sedang berlangsung.

Kedua merumuskan tindakan yang patut dan layak dilakukan.Ketiga membangun prediksi atas akibat tindakan. Prediksi didekati dengan tiga cara: analisis kecenderungan, analisis perilaku dan analisis hibrid atas ke duanya.

Dari sudut pandang ini, terlihat Pemerintah di satu sisi menunjukkan kebijakan ekonomi internal sudah benar. Bahwa yang bermasalah adalah ekonomi eksternal. Sehingga terpuruknya rupiah bukan karena faktor internal.

Muncul pertanyaan, apakah deindustrialisasi, berkesinambungannya defisit transaksi berjalan, berlanjutnya defisit keseimbangan primer, meningkatnya rasio utang terhadap PDB, dan stagnannya pertumbuhan ekonomi karena faktor eksternal atau internal.

Jawabnya adalah, jangan berumah di pinggir pantai kalau tak mau terkena badai ombak. Jangan berumah di pinggir sungai kalau tak mau kebanjiran. Jangan berumah di tebing jika tak mau terkena longsor. Tepatnya, jangan bertelanjang baju di pinggir pantai jika tak mau diterpa angin besar.

Itulah dampak kebijakan ekonomi terbuka yang tidak disertai dengan kebijakan memperkuat stuktural ekonomi internal. Kalau segala sesuatunya dilepas ke pasar bebas dan orientasi kebijakan ekonomi terfokus pada pendapatan, maka hasilnya seperti sekarang. Rapuh dan rentan. Pertumbuhan ekonomi pun tdk berkualitas.

Andaikan terpuruknya rupiah diatasi dengan peningkatan pajak impor dan pajak penghasilan, maka masyarakat akan menghadapi tiga pukulan: kejatuhan nilai tukar, meningkatnya harga-harga karena inflasi barang impor (cost push inflation), dan inflasi karena kenaikan tarif pajak.

Jika kemarin Pemerintah baru mengakui adanya penurunan daya beli, maka kenaikan tarif pajak akan makin melemahkan daya beli.Ini akan terjadi pada masyarakat kelas menengah ke bawah. Sedangkan pada masyarakat kelas atas yang terjadi adalah pemangkasan biaya dan efisiensi di mata anggaran tertentu. Ujungnya, ancaman pengangguran meningkat.

Ini situasi darurat yang harus dihadapi, bukan ditolak atau dimentahkan dengan argumen yang dirasionalisasi.Selain itu Pemerintah sendiri tidak terbuka bagaimana hasil uji ketahanan (stress test) baik pada APBN, perbankan, dan BUMN.Benar kita sudah mempunyai LPS dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan. Tapi dengan sistem ekonomi seperti sekarang, Indonesia akan terus diterpa VUCA. Karena VUCA adalah produk dari persaingan abadi antara peranan negara dan keserakahan korporasi. Karena itu, menaikkan tarif pajak bukan kebijakan bijaksana. Itu menggambarkan kebijakan panik yang justru memberi pesan kepada investor portofolio bahwa Indonesia tergantung pada kekuatan modal asing.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #ekonomi-indonesia  #rupiah  #dolar  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
HUT R1 2025 AHMAD NAJIB
advertisement
HUT RI 2025 M HEKAL
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 2025 SOKSI
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Kontroversi BCA Gate: Kritik Kwik Kian Gie dan Sejalan dengan Perjuangan Sasmito Hadinagoro

Oleh Suara Senior Citizen dari Yogyakarta Hadiningrat Kamis Kliwon
pada hari Jumat, 22 Agu 2025
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan penjualan Bank Central Asia (BCA) pasca krisis moneter 1998 menjadi salah satu bab penting dalam sejarah ekonomi-politik ...
Opini

Bahlil, Regenerasi Golkar, dan Adagium Restu Presiden

TEROPONGSENAYAN.COM - Jakarta, Partai Golkar sekali lagi membuktikan dirinya sebagai partai paling lentur di republik ini. Di bawah kepemimpinan Bahlil Lahadalia, partai beringin tampil dengan wajah ...