Opini
Oleh ; Hersubeno Arief (Pemerhati ruang publik) pada hari Sabtu, 05 Jan 2019 - 15:07:22 WIB
Bagikan Berita ini :

Perlawanan Massal Salam Dua Jari

564-1.jpg.jpg
Kedatangan Jokowi ke Ponorogo, Jawa Timur, Jumat (4/1/2019) disambut masyarakat setempat dengan salam dua jari sebagai ciri khas salam dari pendukung Prabowo-Sandi. (Sumber foto : Ist)

Kabar dari Ponorogo, Jawa Timur itu sungguh mengejutkan. Kunjungan Presiden Jokowi Jumat (4/1/2019) disambut oleh aksi salam dua jarioleh sejumlah pelajar dan warga.

Mereka sengaja berjajar di sepanjang jalan menyambut kedatangan Jokowi, sambil mengacung-acungkan salam dua jari. Video dan foto-fotonya viral di medsos dan media non arus utama.

Sejauh ini, aksi di Ponorogo merupakan yang “terbesar” dalam fenomena salam dua jari bersama Jokowi. Fakta ini menyadarkan kita, telah terjadi metamorfosa yang sangat cepat, aksi pembangkangan rakyat(social disobedience) terhadap Jokowi.

Dari semula hanya berupa permainan (games) “Uji Nyali Salam Dua Jari bersama Jokowi", menjadi "Gerakan Perlawanan Salam Dua Jari",(social disobedience movement).

Dari semula hanya aksi seru-seruan di kalangan generasi digital (Gen Y dan Z), menjadi gerakan massal. Aksi yang dipelopori oleh remaja dan emak-emak ini, telah diadopsi oleh masyarakat sebagai bentuk perlawanan damai, riang gembira, terhadap penguasa.

Coba perhatikan faktanya. Hampir semua kegiatan Presiden Jokowi selalu dihantui oleh aksi ini. Mulai dari aksi mahasiswa di Medan yang jarinya terpaksa ditekuk oleh Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) awal Oktober 2018, sampai aksi “Salam Dua Jari” sejumlah pelajar NU di tangga Istana Merdeka.

Yang juga sempat sangat viral adalah seruan “Jokowi Mole” (pulanglah) saat deklarasi dukungan ulama di Madura, dan yang terbaru adalah aksi sejumlah emak-emak yang melakukan salam dua jari bersama Jokowi di Kebun Raya Bogor. Aksi ini kemudian dilanjutkan foto bersama sambil membentangkan spanduk “2019GantiPresiden” di depan Istana Bogor.

Rakyat menagih janji

Bagaimana kita memahami fenomena ini? Ponorogo di Jatim masuk dalam kawasan Mataraman (Ngawi, Madiun, Blitar, Ponorogo, Magetan, dan Kediri). Secara tradisional kawasan ini dikuasai oleh PDIP.

Benar di Ponorogo ada Pondok Pesantren Gontor yang sangat legendaris. Namun dilihat dari peta politik 2014 partai-partai nasionalis masih mendominasi perolehan suara di Ponorogo.

Bupati Ponorogo saat ini dijabat oleh Ipong Mochlisoni, ketua DPW Nasdem Jatim. Sebagai Korwil Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma’ruf, Ipong menargetkan 70% suara pada Pilpres 2019. Pada Pilpres 2014 Jokowi-Kalla menang atas Prabowo-Hatta. Dengan begitu wilayah ini bisa disebut sebagai kandang Jokowi.

Perlawanan massal secara terbuka ini bisa dimaknai sebagai tanda-tanda terjadinya arus balik. Rakyat kecewa terhadap Jokowi. Pada bulan Maret 2015, Jokowi sempat berjanji akan membagikan ribuan traktoruntuk petani di Ponorogo. Dari total 41 ribu traktor, petani Ponorogo kebagian 3 ribu.

Sayangnya janji itu tinggal janji. Ribuan traktor yang dipajang di sepanjang jalan tempat acara, raib bersamaan dengan kepergian Jokowi. Masyarakat mencatat janji Jokowi tak dipenuhi.

Kekecewaan serupa juga dialami petani di Ngawi, Jatim. 1187 unit traktor tangan dan pompa air yang dijanjikan Jokowi, tak kunjung tiba.

Kasus serupa juga terjadi di beberapa daerah. Di Lombok, NTB korban bencana gempa sangat marah ketika mengetahui buku tabungan bank sebesar Rp 50 juta yang diserahkan Jokowi tidak bisa dicairkan. Mereka malah diminta berutang ke bank.

Peristiwa ini menjadi sorotan media asing. Laman media Australia Sidney Morning Herald edisi 13 Desember 2018 menurunkan berita berjudul "Please keep your promise, it's been months now: Lombok locals plead"Tolong penuhi janji Anda (Jokowi). Sudah lebih sebulan, rakyat Lombok memohon.

Di luar janji-janji langsung kepada warga, publik juga mencatat banyak janji kampanye Jokowi yang tak dipenuhi. Ada puluhan janji Jokowi yang tak dipenuhi.

Pilpres kali ini sangat jelas Jokowi tidak hanya menghadapi Prabowo-Sandi. Ancaman serius dan paling berat justru perlawanan rakyat. Aksi salam dua jari yang kini telah menjadi perlawanan massal dan banyaknya bangku kosong dalam berbagai acara Jokowi, merupakan ancaman nyata yang harus dihadapi.

Seriusnya ancaman memaksa Panglima TNI dan Kapolri turun tangan. Kedua petinggi yang belakangan rajin melakukan safari ke kiai dan pondok pesantren itu terpaksa harus menjelaskan, maraknya fenomena salam dua jari di kalangan prajurit TNI dan Polri.

Pemilu adalah saatnya rakyat menagih janji. Mereka akan menjadi hakim yang sangat kejam bagi pemimpin yang tidak memenuhi janji. end (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #jokowi  #pilpres-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...